Baubau (ANTARA) - Wali Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, menginginkan falsafah PO-5 atau Pomaa maasiaka, Popia piara, Pomae maeaka, Poangka angkata dan Pobinci binci kuli yang merupakan warisan nilai-nilai yang diadopsi dari leluhur sangat tepat jika ditanamkan sejak usia dini atau masih anak-anak.

Wali Kota Baubau,  Dr AS Tamrin, di Baubau, Selasa, penanaman nilai-nilai PO 5 sejak usia dini, karena dilandasi dengan kondisi yang terjadi sekarang ini di masyarakat dimana sudah ada anak-anak dengan gurunya yang selalu abai sudah tidak saling menghiraukan. 

"Demikian pula dengan orang tua dan anak-anaknya, kemudian antara kakak dan adik sudah tidak saling mendengarkan satu sama lainnya," kata Wali Kota saat menutup festival lomba santri IV (lomba baca tulis Al Qur'an) di Masjid Islamic Centre Kawasan Kotamara Baubau.

Menurut orang nomor satu di Kota Baubau ini, PO 5 merupakan implementasi dan bisa diadopsi dalam kehidupan keseharian anak-anak usia dini seperti Pomaa maasiaka yang artinya saling sayang menyayangi yang ingin diajarkan kepada anak-anak. 

Kemudian, Popia piara yang artinya saling memelihara, saling mengayomi, serta Pomae maeaka yang artinya, saling menanggung rasa malu sehingga kalau ada yang berbuat keonaran bukan hanya diri sendiri tapi seluruhnya mulai dari orang tua, keluarga dan tetangga sekitarnya. 

"Sehingga, bila ini terapkan sejak dini maka untuk berbuat keonaran atau menghujat orang akan berpikir panjang sebab sudah tertanam nilai-nlai falsafah PO 5 warisan leluhur tersebut," ujarnya.

Selain itu, Poangka angkataka yang artinya saling mengangkat harkat, saling menghargai dan menghormati yang wujudnya adalah tata karma, dan Pobinci binci kuli yang merupakan filsafat rasa saling merasakan perasaan orang lain, tenggang rasa.

”Yang muda-muda akan menghargai yang tua, menghargai gurunya dan menghargai orang tuanya. Sebaliknya juga yang tua-tua menghargai adik-adiknya. Sehingga, memang keinginan saya falsafah PO 5 ini sejak usia dini mulai diadopsi untuk meresap dalam sanubari anak-anak terutama santri yang sudah pandai membaca dan menghafal Al Qur’an,” ujarnya.

Ditambahkan, bila anak-anak sejak usia dini sudah bisa membaca Al Qur’an yang ke depannya diharapkan harus meningkat menjadi mengetahui memahami apa yang diucapkan atau dibacakan tersebut, kemudian menghayati secara mendalam dalam sanubarinya karena muara dari semua itu implementasinya, maka akan selaras dan tepat bila falsafah PO 5 juga diterapkan, sebab apalah artinya memahami narasi-narasi yang indah bila semua tidak diimplementasikan.

Ditempat yang sama Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Baubau, Rahman Ngkaali juga menyinggung soal nilai-nilai PO 5 yang selama ini digaungkan oleh Walikota Baubau AS Tamrin, dimana falsafah PO 5 ini akan sangat baik bila santri dapat memahami dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. 

Karena, menurutnya, falsafah PO 5 yakni Pomaa maasiaka, Popia piara, Pomae maeaka, Poangka angkataka dan Pobinci binci kuli juga ada dalam ajaran agama islam.

"Saya mengapresiasi kepada santri semua yang telah menunjukan kepiawaiannya dalam membaca Al Quran. Tentu ini harus terus ditingkatkan menjadi lebih baik ke depannya," ujar Rahman Ngkaali.

Sementara itu, Kadis Pendidikan dan Kebudayaan Baubau Abdul Karim berjanji, kedepan akan menjadikan lomba santri se Kota Baubau ini menjadi ivent yang lebih besar lagi terutama dari segi peserta akan menjadi lebih banyak. Sehingga akan menghasilkan santri-santri yang lebih berkualitas lagi dan kedepan bisa membawa nama harum daerah itu.

"Saya juga menyampaikan terimakasih  kepada jajaran panitia terutama penyuluh agama se Kota Baubau yang sudah mencetak santri –santri yang berkualitas," ucapnya.

Pewarta : Yusran
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024