Kendari (ANTARA) - Penggemar burung impor Macaw di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) kini mulai ramai, meskipun masih beberapa orang tertentu yang memeliharanya, karena selain harganya sangat mahal juga proses perawatan dan pemeliharaanya menyamai anak bayi yang baru lahir.

Di Kota Kendari sendiri, pecinta burung yang nilainya mencapai  ratusan juta rupiah per ekor itu, kini sudah menjadi ajang silaturahmi antara para pegiat burung, bahkan dijumpai di setiap hari libur kawasan masjid Al-Alam di Teluk Kendari dan puncak gunung Teletabis Panjonggae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana  jadi tontonan warga  kontes menerbangkan burung yang harganya capai ratusan juta per ekor.

"Kami memelihara burung jenis blue and gold Macaw ini hanya sekedar hobi dan senang saja mas," kata Mustari, salah satu pegiat burung macaw yang mengaku telah memeiliki burung impor beberapa tahun terakhir.

Ia mengatakan, burung macaw merupakan burung yang memiliki habitat alami di hutan-hutan di wilayah Amerika bagian Utara (Meksiko), Amerika Selatan, Brazil dan Karibia. Dan untuk bisa memelihara dan mengembangbiatkan itu butuh waktu belasan bahkan puluhan tahun.

"Memang banyak masyarakat bahkan saya sendiri, merasa senang dengan aksi 'free flight' macaw. Sama dengan beberapa satwa lain. Bahkan lucu dan anehnya macaw juga punya rasa cemburu, sayang dan bisa marah juga," ujarnya.
  Pegiat burung Macaw dari Kendari, sesaat akan menerbangkan burung peliharaannya di area pegunungan Teletabis, Pajonggae Kecamatan Poleang Kabupaten Bombana. (Foto ANTARA/Azis Senong)

Mustari mengatakan memelihara macaw butuh waktu dan kesabaran untuk dilatih sejak dini atau anakan dengan asupan makanan dan minuman yang khusus. Dari hasil semua itu nantinya bisa melahirkan burung pintar menirukan suara manusia, menari maupun dijadikan sebagai free flight.

Ditambahkan, ia dan beberapa penggemar macaw di Kota Kendari merasakan dalam memelihara burung lokal yang eksostis cukup repot dan susah, sebab banyak berstatus dilindungi seperti nuri dan kakatua. Sehingga  banyak penggemar berlari memilih burung macaw asal luar negeri itu.

Terkait masalah harga burung macaw, Mustari mengatakan berfariasi mulai dari  yang umur sekitar dua bulan sampai 2 tahun. Harganya ada yang Rp35 juta sampai Rp 150 juta perekor.

"Yang menggembirakan bagi kami bahwa bersama melatih dan sekaligus menerbangkan burung paruh bengkok dalam hari-hari libur tersebut guna menjaga kondisi kebugaran burung sekaligus sebagai sarana silaturahmi antar anggota komunitas penggemar burung macaw dan masyarakat umum lainnya," tuturnya.
   

 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024