Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo mengatakan perempuan memiliki peran menjadi penentu keberhasilan ketahanan keluarga pada era revolusi industri 4.0.
"Perempuan memiliki peran penting dalam penentu keberhasilan ketahanan keluarga. Perempuan memiliki peran penting dalam ketahanan keluarga untuk mencegah dampak buruk dari era Industri 4.0," ujar Giwo dalam webinar "ketahanan Keluarga Era Revolusi Industri 4.0" di Jakarta, Sabtu.
Dia menjelaskan tantangan pada masa depan, jauh berbeda dengan saat ini. Diperkirakan sebanyak 35 persen jenis pekerjaan akan hilang pada 2025 dan sebanyak 65 persen kompetensi baru berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kemudian terjadi perubahan pada sendi kehidupan, kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan termasuk pendidikan.
"Adanya pandemi COVID-19 telah mendorong percepatan era digitalisasi," kata dia.
Ke depan, informasi, kreativitas, pengetahuan, inovasi, dan jejaring menempati posisi strategis bagi individu, masyarakat, korporasi, dan negara.
"Dalam hal ini, keluarga berperan besar dalam menyiapkan generasi yang mampu bersaing memperebutkan pasar kerja," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Giwo menjelaskan solusi dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah kemampuan kognitif (berpikir kritis, sistematik, dan tingkat tinggi, serta kewirausahaan), literasi baru (literasi data, teknologi, dan manusia), kegiatan rutin atau tidak terjebak dalam rutinitas, general education, belajar sepanjang hayat.
Di dalam keluarga juga perlu menguasai yakni literasi baca tulis, literasi sains, literasi finansial, literasi numerasi, literasi digital dan literasi budaya dan kewargaan.
"Peluang dan tantangan menghadapi era 4.0 bagaimana menerapkan "big data" dengan meningkatkan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan menyimpulkan informasi dalam upaya pemecahan masalah serta pengambilan keputusan terbaik. Kemajuan teknologi, menjadi PR besar bagi keluarga, organisasi dan pemerintah," jelas Giwo.
"Perempuan memiliki peran penting dalam penentu keberhasilan ketahanan keluarga. Perempuan memiliki peran penting dalam ketahanan keluarga untuk mencegah dampak buruk dari era Industri 4.0," ujar Giwo dalam webinar "ketahanan Keluarga Era Revolusi Industri 4.0" di Jakarta, Sabtu.
Dia menjelaskan tantangan pada masa depan, jauh berbeda dengan saat ini. Diperkirakan sebanyak 35 persen jenis pekerjaan akan hilang pada 2025 dan sebanyak 65 persen kompetensi baru berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kemudian terjadi perubahan pada sendi kehidupan, kebudayaan, peradaban, dan kemasyarakatan termasuk pendidikan.
"Adanya pandemi COVID-19 telah mendorong percepatan era digitalisasi," kata dia.
Ke depan, informasi, kreativitas, pengetahuan, inovasi, dan jejaring menempati posisi strategis bagi individu, masyarakat, korporasi, dan negara.
"Dalam hal ini, keluarga berperan besar dalam menyiapkan generasi yang mampu bersaing memperebutkan pasar kerja," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Giwo menjelaskan solusi dalam menghadapi revolusi industri 4.0 adalah kemampuan kognitif (berpikir kritis, sistematik, dan tingkat tinggi, serta kewirausahaan), literasi baru (literasi data, teknologi, dan manusia), kegiatan rutin atau tidak terjebak dalam rutinitas, general education, belajar sepanjang hayat.
Di dalam keluarga juga perlu menguasai yakni literasi baca tulis, literasi sains, literasi finansial, literasi numerasi, literasi digital dan literasi budaya dan kewargaan.
"Peluang dan tantangan menghadapi era 4.0 bagaimana menerapkan "big data" dengan meningkatkan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan menyimpulkan informasi dalam upaya pemecahan masalah serta pengambilan keputusan terbaik. Kemajuan teknologi, menjadi PR besar bagi keluarga, organisasi dan pemerintah," jelas Giwo.