Kendari (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) menilai bahwa peningkatan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah belum optimal sehingga perlu didorong inklusi keuangan syariah.

Kepala OJK Sultra Mohammad Fredly Nasution, mengatakan berdasarkan data Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) ketiga tahun 2019 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi keuangan mencapai 38,03 persen dan indeks inklusi keuangan 76,19 persen. Angka tersebut meningkat dibanding hasil survei OJK 2016 yaitu indeks literasi keuangan 29,7 persen dan indeks inklusi keuangan 67,8 persen.

"Dengan demikian dalam tiga tahun terakhir terdapat peningkatan pemahaman keuangan (literasi) masyarakat sebesar 8,33 persen, serta peningkatan akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan (inklusi keuangan) sebesar 8,39 persen. Namun yang perlu menjadi perhatian adalah gap antara indeks inklusi dan literasi keuangan mencapai 38,16 persen," kata Fredly di Kendari, Sabtu.

Artinya, kata dia, hampir 40 persen pengguna produk industri jasa keuangan tidak paham atau belum memiliki pemahaman yang baik terhadap produk atau layanan yang digunakan. Selain itu, indeks inklusi keuangan syariah sebesar 9,10 persen dengan indeks literasi keuangan syariah sebesar 8,93 persen.

"Peningkatan indeks literasi dan inklusi keuangan syariah belum optimal, padahal Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar dunia," tutur Fredly.

Kata Fredly, berdasarkan data BPS, khusus untuk Provinsi Sulawesi Tenggara, dengan jumlah penduduk beragama muslim Sulawesi Tenggara mencapai 95,12 peresen. Kemudian, berdasarkan riset dari State of the Global Islamic Economy Report tahun 2019, industri halal masih menyimpan potensi besar yaitu sebesar 2,2 triliun dolar AS.

"Potensi industri halal ini terdiri dari halal food, fesyen, media, tourism, pharmacy, cosmetics, dan umrah. Industri ini akan tumbuh pesat jikalau dukungan pemerintah, regulator serta stakeholder untuk mengembangkan industri keuangan syariah baik melalui literasi dan inklusi keuangan di dalamnya," jelasnya.

  Aminuddin Ma’ruf salah satu staf khusus (Stasus) Presiden RI dari dari kalangan milenial (ANTARA/HO-Humas OJK Sultra)

Selain itu, menurut dia, pengguna produk/layanan keuangan syariah bukan hanya penduduk beragama muslim, akan tetapi dapat menjangkau dan bermanfaat bagi semua kalangan. Ia memberi contoh saat ini London (Inggris) menjadi adalah satu pusat keuangan syariah dunia, sehingga ia berharap kelak Indonesia menjadi pusat keuangan syariah.

"OJK Sultra akan terus berupaya menyelenggarakan Dilan Class untuk memberikan manfaat khususnya mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia khususnya melalui literasi keuangan di Bumi Anoa demi kemajuan daerah dan Indonesia tercinta,"  kata Fredly.

Adapun poin-poin penting yang disampaikan Stafsus Presiden RI, Aminuddin Ma'ruf yakni pertama pemahaman peran dan potensi keuangan syariah bagi perekonomian Indonesia. Kedu peran dan peluang anak-anak muda/santri dalam membangun keuangan syariah di Indonesia melalui milenial yang produktif dan teknologi digital.

Ketiga, peran pesantren bukan hanya sebagai pusat edukasi tetapi juga pusat ekonomi syariah. Keempat stategi utama perkembangan ekonomi syariah melalui penguatan halal value chain, penguatan keuangan syariah, penguatan usaha mikro kecil menengah, dan penguatan ekonomi digital, dan kelima yaitu empat target penguatan ekonomi syariah Indonesia melalui perbankan syariah, pasar modal syariah, jaminan sosial, serta zakat dan wakaf.

Kegiatan Dilan Class yang dibuka langsung oleh Kepala OJK Sultra, Mohammad Fredly Nasution, itu dihadiri kurang lebih 250 peserta dengan pendaftar mencapai 500 orang.

Peserta pada kegiatan Dilan Class kali ini cukup beragam, selain mengundang para mahasiswa dari lintas perguruan tinggi di Sulawesi Tenggara, seperti Kendari, Baubau, Kolaka, dan lainnya, Dilan Class kali ini juga melibatkan beberapa pesantren, dan komunitas pemuda berbasis agama di Sulawesi Tenggara.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah Sulawesi Tenggara (TPAKD Sultra), Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) perwakilan Sulawesi Tenggara, dan program budaya kerja OJK, OJK Cerdas.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024