Quito (ANTARA) - Ratusan tahanan di Ekuador akan mulai membuat peti mati untuk membantu menutupi peningkatan permintaan di Guayaquil, kota terbesar di negara itu dan pusat dari salah satu wabah terburuk virus corona di Amerika Latin.

Para tahanan di Ambato, sebuah kota di selatan Ibu Kota Quito, akan menggunakan kayu yang disita oleh otoritas lingkungan sebagai bagian dari upaya antideforestasi untuk membuat peti mati, yang mereka rencanakan akan mulai dikirim minggu depan ke Provinsi Guayas di Ekuador selatan, lokasi sekitar 68% dari total kasus virus dan tempat Kota Guayaquil berada.

"Kementerian Lingkungan Hidup menyumbangkan kayu sitaan, yang akan digunakan untuk tujuan lain demi tujuan mulia: Memberikan peti mati kayu kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai," kata Menteri Lingkungan Hidup Juan DeHowitt dalam sebuah pernyataan.

Negara Andean itu telah mengonfirmasi 4.965 kasus virus corona, dengan 272 orang meninggal. Sekitar 284 orang lainnya juga diduga meninggal tertular penyakit ini.



Wabah itu telah menyebabkan kekurangan pasokan peti mati kayu di Guayaquil. Akibat kelangkaan peti mati, beberapa keluarga terpaksa memakamkan kerabat mereka dalam kotak kardus yang disumbangkan ke pemakaman oleh berbagai perusahaan swasta.

Beberapa keluarga telah melaporkan lonjakan biaya untuk peti mati dan layanan pemakaman di kota.

Presiden Lenin Moreno telah memperingatkan bahwa jumlah kematian akibat virus corona di Provinsi Guayas dapat meningkat hingga 3.500.

Pihak berwenang telah membuat pemakaman umum darurat. Menteri Dalam Negeri Maria Paula Romo mengatakan pada Kamis (9/4) bahwa pemerintah akan mulai mengatur harga layanan pemakaman.



Di toko pertukangan di pusat penahanan, para tahanan akan membuat peti mati secara manual menggunakan 734 meter kubik kayu yang disita selama berbagai operasi penegakan hukum sebelum wabah dimulai.

Sejauh ini, tidak ada kasus virus corona yang dilaporkan muncul di penjara-penjara di negara itu, yang diisi 39.000 tahanan. Kunjungan dibatasi untuk menghindari wabah.

Sumber: Reuters



 

Pewarta : Gusti Nur Cahya Aryani
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024