Kendari (ANTARA) - Selain dengan beras merah organik yang sudah populer di pasaran nasional, Pemkab Buton Utara juga merencanakan pada Maret atau paling lambat awal April 2020 akan melakukan ujicoba mengekspor kopra putih sekitar 20-25 ton.

Bupati Buton Utara Abu Hasan melalui pesan singkat yang diterima di Kendari, Sabtu mengungkapkan, meskipun kopra putih ini masih jarang di pasaran namun sebuah tantangan sekaligus peluang yang sangat besar dan menarik dalam rangka kemajuan produk hasil-hasil pertanian dan perkebunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

Ia mengatakan proses pengolahan kopra untuk menghasilakan kopra putih pun oleh pihak perusahaan diberikan pelatihan khusus kepada petani terkait tata cara memecah kelapa hingga pada tahap pengepakan dan penyimpanan untuk mendapatkan kopra putih yang berkualitas.

"Memang saat ini kita ditantang oleh Kementerian Desa (Kemendes) untuk mengekspor komoditas kopra putih pada bulan Maret 2020. Ini adalah sebuah tantangan sekaligus peluang yang harus diwujudkan," ujarnya.

Ia mengatakan, kopra putih yang merupakan salah satu produk unggulan masyarakat Buton Utara selain beras merah organik, telah mendapat jaminan dari salah satu perusahaan nasional PT.Inacom.id bekerjasama dengan Kementerian Desa sebagai buyernya.

"Saat ini petani kopra putih organik telah menggunakan teknologi 'solar dryer dome' sebagai alat pengeringan kelapa untuk menghasilkan kopra putih yang unggul," ujar bupati Abu Hasan.
  Salah satu kegiatan petani kelapa dengan membelah kelapa untuk siap diasapi untuk menghasilkan kopra di Buton Utara. (foto dok Antara.
Ia mengatakan proses pengeringan kelapa yang dilakukan untuk menghasilkan kopra putih ini adalah dengan menggunakan teknologi itu yang terbuat dari polikarbonat khusus, bahan ini dapat memanaskan ruangan dua kali lipat daripada suhu di luar ruangan. Jika suhu luar 30 derajat, di dalam solar dryer dome bisa mencapai 60 derajat.

"Dengan alat ini kita bisa menghasilkan kopra putih lebih banyak dan lebih higienis dalam waktu yang lebih singkat, harganya pun mahal mencapai Rp7.000 hingga
Rp9.000/kg, untuk kualitas bagus pasaran harganya mencapai Rp10.500 - Rp12.000/Kg dibanding kopra biasa yang harganya Rp3.500-Rp5.000/kg," jelasnya.

Baca juga: Konawe Utara mulai ekspor kopra putih ke India

Abu Hasan yang juga ketua DPW PDI-P Sultra itu mengungkapkan sedikitnya sudah ada empat desa yang sedang melakukan penjemuran dengan teknologi solar dryer dome, yaitu desa Petetea, Karya Bakti, Laburanda dan desa Damai Laborona, dan pada tahap selanjutnya beberapa desa lainnya yang memiliki potensi tanaman kelapa.
 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024