Kendari (ANTARA) - Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), mengatakan bahwa memasuki musim penghujan di wilayah Kendari menyebabkan biaya produksi air PDAM Kendari membengkak.

"Pembengkakan biaya produksi air tersebut untuk membeli penjernih air atau tawas akibat tingkat kekeruhan air baku yang tinggi," kata Dirut PDAM Kendari, Damin, di Kendari, Kamis.

Disebutkan, sebelumnya pihaknya hanya menggunakan batu tawas sekitar 600 kilogram per hari dengan biaya sekitar Rp3,1 juta per hari atau sekitar RpRp93,6 per bulan, saat musim hujan seperti saat ini mencapai pemakaian tawas mencapai 1,5 ton per hari atau Rp7,8 juta per hari atau Rp234 juta per bulan.

"Ini artinya biaya produksi air meningkat sampai tiga kali lipat khususnya untuk pembelian tawas, Asumsinya satu kilogram tawas harganya Rp5.200," katanya. 

Disebutkan, sumber air baku utama PDAM Kendari adalah Intake Pohara dengan sumber air sungai Konaweha dengan jarak sekitar 17 kilometer dari bank penampungan PDAM di Kota Kendari.

"Kekeruhan air beku sumber air PDAM Kendari bisa jadi akibat aktivitas tambang di daerah aliran sungai sehingga pada saat musim hujan menyebabkan air sungai keruh. Selain itu, juga diduga adanya kebocoran pipa dari sumber air baku sampai ke bak penampungan yang jaraknya sekitar 17 kilometer," katanya.

Disebutkan, beberapa sumber air baku PDAM Kendari juga alami kekeruhan seperti Intake Wanggu dengan sumber air Sungai Wanggu, Intake Anggoeya dengan sumber air Sungai Anggoeya dan Intake Matabondu dengan sumber air dari Sungai Konaweha.

Baca juga: PDAM Kendari Libatkan Investor Bangun Sumber Air Baku di Tabanggele


 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024