Kendari (ANTARA) - Pelaku usaha dan kalangan kampus memanfaatkan mini expo seminar yang digelar dalam rangka Hari Pangan Sedunia (HPS) memamerkan produk olahan hasil pertanian lokal.
Pantauan di Kendari, Jumat, menyebutkan produk olahan hasil pertanian lokal khas Sultra yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk unggulan yang memiliki nilai jual tinggi.
"Pangan khas Sultra yang banyak dikenal dan digemari adalah sagu dan coklat. Hasil olahan berbahan baku sagu dan coklat sudah di ekspor," kata pemilik usaha Saguku, Hajar (41), Jumat.
Pangan lokal sagu dapat diolah menjadi biskuit, ulat sagu menjadi kue kering dan abon, sagu dan kelor diolah menjadi biskuit, rumput laut menjadi dodol, sedangkan kakao dapat diolah menjadi susu coklat.
Hasil produk olahan pangan lokal di Sultra, saat ditampilkan di pameran HPS ke-39, Jumat. (ANTARA/Febi Purnasari)
Pengolahan pangan yang menggunakan peralatan manual sebagai upaya mempertahankan kearifan lokal walaupun pada masa mendatang tidak menghindar dari teknologi.
Selain menampilkan produk olahan pertanian, expo itu juga menampilkan produk unggulan hasil olahan perikanan di Sultra, yakni ikan asin kemasan, abon ikan tuna, sambal ikan tuna dan bakso ikan.
Expo dalam rangka HPS juga diikuti peserta pameran Kota Bogor, Jawa Barat yang menampilkan tepung sagu kemasan, mie sagu, tepung sorgum, tepung kasava dan biji kakao yang di olah menjadi berbagai makanan ringan dan permen.
Sultra yang dikenal sebagai sentra kakao Indonesia dengan persentase 16,29 persen tersebar di Kabupaten Kolaka Utara 38,39 persen serta Kabupaten Kolaka Timur 23,81 persen, Kabupaten Muna 9,59 persen, Kabupaten Konawe 7,61 persen dan 20,61 persen tersebar didaerah lainnya.
Selain kakao, Sultra juga merupakan penghasil sagu dengan luas areal tanaman 1.712 hektare, masing-masing di Kabupaten Kolaka Timur dengan jumlah produksi tepung basah 455.085 kilogram per bulan, Konawe seluas 2.025 Hektare menghasilkan 534.000 kilogram per bulan, dan Konawe Selatan seluas 1.216 Hektare dengan hasil 407.123 kilogram per bulan.
Pantauan di Kendari, Jumat, menyebutkan produk olahan hasil pertanian lokal khas Sultra yang diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk unggulan yang memiliki nilai jual tinggi.
"Pangan khas Sultra yang banyak dikenal dan digemari adalah sagu dan coklat. Hasil olahan berbahan baku sagu dan coklat sudah di ekspor," kata pemilik usaha Saguku, Hajar (41), Jumat.
Pangan lokal sagu dapat diolah menjadi biskuit, ulat sagu menjadi kue kering dan abon, sagu dan kelor diolah menjadi biskuit, rumput laut menjadi dodol, sedangkan kakao dapat diolah menjadi susu coklat.
Pengolahan pangan yang menggunakan peralatan manual sebagai upaya mempertahankan kearifan lokal walaupun pada masa mendatang tidak menghindar dari teknologi.
Selain menampilkan produk olahan pertanian, expo itu juga menampilkan produk unggulan hasil olahan perikanan di Sultra, yakni ikan asin kemasan, abon ikan tuna, sambal ikan tuna dan bakso ikan.
Expo dalam rangka HPS juga diikuti peserta pameran Kota Bogor, Jawa Barat yang menampilkan tepung sagu kemasan, mie sagu, tepung sorgum, tepung kasava dan biji kakao yang di olah menjadi berbagai makanan ringan dan permen.
Sultra yang dikenal sebagai sentra kakao Indonesia dengan persentase 16,29 persen tersebar di Kabupaten Kolaka Utara 38,39 persen serta Kabupaten Kolaka Timur 23,81 persen, Kabupaten Muna 9,59 persen, Kabupaten Konawe 7,61 persen dan 20,61 persen tersebar didaerah lainnya.
Selain kakao, Sultra juga merupakan penghasil sagu dengan luas areal tanaman 1.712 hektare, masing-masing di Kabupaten Kolaka Timur dengan jumlah produksi tepung basah 455.085 kilogram per bulan, Konawe seluas 2.025 Hektare menghasilkan 534.000 kilogram per bulan, dan Konawe Selatan seluas 1.216 Hektare dengan hasil 407.123 kilogram per bulan.