Kolaka (ANTARA) - Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara memprioritaskan Penanganan dan pencegahan stunting pada 10 desa di Kabupaten Kolaka yang menjadi lokus stunting.

"Kabupaten Kolaka bersama Kabupaten Buton merupakan kabupaten di Sultra yang menjadi lokus stunting yang menjadi fokus penanganan dari pemerintah. Khusus di Kolaka terdapat 10 desa yang menjadi lokus stunting kata PLT kepala BKKBN Sultra, Jamaludin, usai memberikan penyuluhan bahaya stunting di Desa Puulemo Kecamatan Baula Kabupaten Kolaka, Sabtu.

Disebutkan, 10 desa lokus stunting di Kolaka tersebut adalah Desa Lasiroku Kecamatan Iwoimendaa, Desa Lapaopao Kecamatan Wolo, Desa Amamotu Kecamatan Samaturu, Desa Konaweha Kecamatan Samaturu, Desa Latuo Kecamatan Samaturu Desa Tambea Kecamatan Pomala, Desa Oko Oko Kecamatan Pomala, Desa Plasma Jaya Kecamatan Polinggona, Desa Tanggeau Kecamatan Polinggona dan Desa Puelemo Kecamatan Baula.

Jamaludin juga mengajak masyarakat yang ada pada 10 desa tersebut untuk menjadi kader atau relawan pencegahan stunting dengan cara menyampaikan pesan-pesan pencegahan stunting.

"Kasus stunting tak hanya soal kesehatan, misalnya bobot dan tinggi tubuh yang kurang. Tetapi, stunting juga menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM) di mana bayi atau balita stunting perkembangan otaknya lebih lamban dari sebayanya," kata Jamaluddin.

Saat dewasa kata Jamaluddin, anak stunting cenderung akan terkena penyakit kronis dan kualitas hidupnya yang berkurang atau otaknya lamban dalam merespon sesuatu. Kepala Dinas Dalduk dan KB Kolaka, dr Muliati Habibullah saat berikan materi tentang pencegahan stunting di Desa Puulemo Kecamatan Baula, Sabtu. (Foto ANTARA/Suparman)
Sementara itu, Kepala Dinas Dalduk dan KB Kabupaten Kolaka, dr.Muliati Habibullah, mengaku berterimakasih kepada BKKBN Sulttra yang telah melakukan edukasi kepada masyarakat pada 10 desa di Kolaka yang menjadi lokus stunting.

"Memberikan edukasi kepada masyarakat setempat bukan berarti mereka semua terpapar kasus stunting, tetapi yang terutama bahwa warga bisa mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang stunting dan cara pencegahannya," katanya.

Muliati menjelaskan, stunting merupakan keterlambatan tumbuh-kembang balita yang disebabkan beberapa hal diantaranya tidak tercukupinya kebutuhan gizi.

"Penanganannya dengan beberapa pendekatan, secara spesifik akan dilihat masalah gizi, kecukupan gizi, pemeriksaan kesehatan, dan pemberian tambahan asupan gizi," katanya.
 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024