Kendari (Antaranews Sultra) - Petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara, memerlukan mesin pengering gabah pascapanen karena selama ini mereka terpaksa menjual hasil panenannya dalam bentuk gabah.

Akibatnya harga jualnya lebih rendah dibanding harga eceran yang ditetapkan pemerintah.

Kadis Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan Hortikultura Bombana, Azis Fair di Bombana, Selasa mengatakan, terbatasnya alat maupun sarana pengering gabah di daerah berdampak pada menurunya harga penjualan gabah kering panen yang dibeli para pengusaha maupun Bulog.

Tanpa menyebut harga penjualan gabah kering panen di tingkat petani produsen, Azis mengatakan bahwa permintaan alat pengering bagi petani di sejumlah sentra sangat dinantikan, apalagi dalam kondisi hujan saat ini, musim panen padi di Bombana kini masih berjalan.

"Pola panen petani sawah di Bombana, sudah tidak lagi seperti beberapa tahun sebelumnya yang serentak menanam dan panen. Namun saat ini padi 13.289 hektare, yang diolah hingga Maret 2018 hanya seluas 7.998 hekatre atau hanya mencapai 54 persen dari total areal persawahan," ujarnya.

Akibatnya, lanjut Azis Fair yang didampingi stafnya Ramla, banyak petani saat panen, tidak lagi menyimpan gabah produksi mereka ke tempat penampungan di pabrik penggilingan, namun langsung menjual kepada pedagang yang sudah menanti saat proses panen.

Pantauan di Bombana, setiap saat ada 5-6 truk besar lalu lalang di wilayah itu mengangkut gabah dalam karung ukuran 100 kg per karungnya yang dibawa ke Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) yang telah memiliki alat pengeringan gabah dengan kapasitas besar.

"Bantuan alat pengering di Bombana pernah ada dan hanya dibangun di wilayah Kecamatan Lantari Jaya dan Poleang, namun kapasitasnya sangat kecil, sehingga saat panen seperti kondisi musim hujan, petani kewalahan untuk menampungnya, sehingga mereka langsung menjual kepada pengusaha dengan harga yang rendah," ujarnya.

Salah seorang petani sawah di Kelurahan Lameroro Kecamatan Rumbia, Kamsan (57), berharap pemerintah untuk mengadakan bantuan alat pengeringan gabah dengan cara melalui kelompok tani yang ada di wilayah itu.

Ia mengatakan, kesulitan saat panan bersamaan seperti saat ini, karena walaupun ada beberapa pengusaha penggilingan padi hanya memiliki lantai jemur dengan kapasitas terbatas.

Wilayah Bombana pada minggu keempat Maret 2018, hamparan padi sawah milik petani di Kecamatan Rarowatu Utara, Rumbia, Lantari Jaya dan Rarowatu Tengah terlihat tanaman padi bervariasi tingkatan untuk panen.

Ada yang sudah panen, baru akan memulai panen pada akhir Maret, dan sebagian lainnya baru akan panen pada akhir April hingga menjelang Ramadhan.

Tidak bersamaan panen padi petani di beberapa kecamatan di Bombana, karena pengaruh musim hujan yang tidak menentu sehingga banyak petani menunda proses tanam.

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024