Kendari, Antara Sultra - Nelayan di pesisir pantai Teluk Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) kini membutuhkan keberadaan perusahaan galangan kapal yang bisa merenovasi kapal-kapal tradisional dengan biaya terjangkau.
"Selama ini, memang sudah ada perusahaan galangan kapal di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari, namun yang bisa masuk dalam perusahaan itu hanya kapal-kapal tertentu yang berukuran besar," kata Jumain, salah seorang nelayan sekaligus pemilik kapal kayu di Kendari, Rabu.
Ia mengatakan, perusahaan galangan kapal yang saat ini, lanjut dia, hanya menerima dan merenovasi kapal ukuran besar dan umumnya adalah kapal-kapal besi, sementara kapal nelayan ukuran kecil dengan bahan baku utama kayu sulit untuk dikerjakan di perusahaan itu.
"Alasan perusahaan galangan kapal di PPS itu tidak menerima kapal nelayan karena ketersediaan bahan baku kayu besi yang digunakan sudah sangat sulit diperoleh," ujar Jumain meniru pernyataan perusahaan tersebut.
Diakui, pihak perusahaan galangan kapal di Kota Kendari selama beberapa tahun terakhir ini kesulitan mendapatkan bahan baku utama khususnya kayu besi untuk perbaikan sebuah kapal dalam masa perbaikan.
"Sebenarnya cukup banyak kapal nelayan yang setiap saat masuk dok (perbaikan badan/bodi), namun kami kadang menolak karena sulitnya untuk memperoleh bahan baku utama guna mengganti material yang sudah rusak," kata Parannuang, penanggung jawab galangan kapal PT Putra Sultratuna Samudra.
Namun demikian, lanjut dia, untuk menyiasati keinginan pemilik kapal agar tetap masuk dok di perusahaan ini, maka harus menyediakan sendiri bahan baku kayu besi untuk mengganti bodi ataupun kerangka kapal lainnya yang dianggap sudah harus diganti.
Itupun bahan baku kayu yang sesuai standar dalam perbaikan kapal, harus jelas kepemilikannya karena khawatir jangan sampai tergolong kayu-kayu ilegal hasil tebangan yang tidak melalui prosedur resmi.
"Selama ini, memang sudah ada perusahaan galangan kapal di kawasan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Kendari, namun yang bisa masuk dalam perusahaan itu hanya kapal-kapal tertentu yang berukuran besar," kata Jumain, salah seorang nelayan sekaligus pemilik kapal kayu di Kendari, Rabu.
Ia mengatakan, perusahaan galangan kapal yang saat ini, lanjut dia, hanya menerima dan merenovasi kapal ukuran besar dan umumnya adalah kapal-kapal besi, sementara kapal nelayan ukuran kecil dengan bahan baku utama kayu sulit untuk dikerjakan di perusahaan itu.
"Alasan perusahaan galangan kapal di PPS itu tidak menerima kapal nelayan karena ketersediaan bahan baku kayu besi yang digunakan sudah sangat sulit diperoleh," ujar Jumain meniru pernyataan perusahaan tersebut.
Diakui, pihak perusahaan galangan kapal di Kota Kendari selama beberapa tahun terakhir ini kesulitan mendapatkan bahan baku utama khususnya kayu besi untuk perbaikan sebuah kapal dalam masa perbaikan.
"Sebenarnya cukup banyak kapal nelayan yang setiap saat masuk dok (perbaikan badan/bodi), namun kami kadang menolak karena sulitnya untuk memperoleh bahan baku utama guna mengganti material yang sudah rusak," kata Parannuang, penanggung jawab galangan kapal PT Putra Sultratuna Samudra.
Namun demikian, lanjut dia, untuk menyiasati keinginan pemilik kapal agar tetap masuk dok di perusahaan ini, maka harus menyediakan sendiri bahan baku kayu besi untuk mengganti bodi ataupun kerangka kapal lainnya yang dianggap sudah harus diganti.
Itupun bahan baku kayu yang sesuai standar dalam perbaikan kapal, harus jelas kepemilikannya karena khawatir jangan sampai tergolong kayu-kayu ilegal hasil tebangan yang tidak melalui prosedur resmi.