Kendari, Antara Sultra - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulawesi Tenggara mengharapkan para petenun di sejumlah daerah di Sultra terus mengembangkan inovasi karyanya dengan tetap menjaga kualitas serta kebutuhan pasar.

Ketua Dekranasda Sultra, Hj.Tina Nur Alam, Selasa menjelaskan, petenun yang ada di Sultra rutin mendapatkan pembinaan dan pengenalan desain-desan baru yang diberikan oleh organisasi Citra Tenun Indonesia (CTI), dengan demikian harus tetap menjaga kualitas serta keinginan pasar baik nasional maupun internasional.

Ia mengatakan, selain diperkenalkan desain baru, juga dikenalkan dengan penggunaan pewarna alami yang ramah lingkungan untuk memberikan kesan tradisional tanpa menghilangkan aspek budaya yang sudah melekat di masyarakat.

"Pewarna alami tersebut sudah diterapkan di beberapa daerah dan mendapat tanggapan baik dari para pecinta tenun di Indonesia. Pewarna alam yang kita gunakan ada di sekitar kita misalnya dari pohon mahoni, pohon nangka, alpukat dan daun loloh di Wakatobi," ujaranya

Tina Nur Alam yang juga anggota Komisi IX DPR RI asal Sultra itu mengatakan kain tenun khas Sultra saat ini, masih merupakan salah satu tenun yang paling banyak dicari konsumen di dalam negeri hingga ke mancanegara.

"Tenun Sultra dianggap memiliki ciri khas dan nilai yang sangat menarik perhatian banyak orang. Hal tersebut tidak terlepas dari pembinaan yang dilakukan oleh organsasi CTI sejak 2008 hingga saat ini," ujaranya.

Hingga saat ini jumlah penenun di Sultra yang terdata mencapai 200 orang yang tersebar di beberapa daerah, terbanyak di Kabupaten Muna, Wakatobi dan Kabupaten Buton. Sementara untuk jenis dan motif tenunan, setiap daerah memiliki jenis yang berbeda-beda.

Pewarta : Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024