Kendari, Antara Sultra - Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (TPP) Sulawesi Tenggara (Sultra) mengingatkan peternak agar mewaspadai virus antraks kini mulai muncul kembali pada beberapa daerah, khusus di provinsi ini belum ada penyakit ditularkan dari daging ternak itu.

"Meskipun hingga saat ini, penyakit menular yang menyerang hewan ternak khususnya sapi yang disebabkan bakteri `bacillus antracic` di Sulawesi Tenggara tidak ditemukan, namun tetap kita waspadai," kata kepala Bidang Peternakan Dinas TPP Sultra, Mugiyanto kepada Antara di Kendari, Selasa.

Ia mengatakan walaupun penyakit antraks pada hewan ternak sapi, kerbau maupun kambing di Sultra pernah ada 30 tahun lalu yakni tepatnya 1985-1986, dan hingga kini tak ada lagi karena saat itu pula pemerintah langsung cepat melakukan tindakan dengan membasmi semua hewan yang tertular saat itu.

Disamping itu, pengawasan terhadap ternak peliharaan masyarakat khususnya daerah sentra (Konawe Selatan, Muna dan Bombana) dan terus dilakukan sosialisasi secara berjenjang untuk proses pencegahan terhadap gejala antraks pada ternak.

Sulawesi Tenggara berbatasan dengan provinsi Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah.

Ia menjelaskan petugas karantina hewan pada unit pos batas wilayah juga terus berjaga-jaga mengawasi keluar masuk ternak, di antaranya di pelabuhan Baubau, Kolaka, Kolaka Utara.

"Memang kasus terakhir hewan ternak di Sultra yang mati karena terserang virus Antraks ditemukan tahun 1985 dan 1986. Namun bukan berarti daerah ini telah terbebas dari virus berbahaya tersebut karena virus antraks bisa hidup dalam spora dan terbenam di tanah selama 70-100 tahun," ujarnya.

Antraks kini tengah menjangkiti hewan ternak di beberapa daerah di provinsi tetangga, khususnya di Sulsel, sehingga pemerintah dan masyarakat harus selalu waspada dengan memperketat keluar masuk ternak sapi di Sultra, disamping pemeriksaan hewan ternak dan daging sapi yang akan dijual belikan di pasaran.

Terkait gejala antraks bila terjadi pada manusia, Mugiyanto mengatakan berdasarkan pengalaman dari petugas kesehatan hewan seperti adanya luka menghitam pada kulit, serta diare setelah konsumsi daging ternak yang sakit.

Populasi ternak sapi di Sultra hingga tahun 2016 mencatat hampir 300 ribu ekor dengan sentra terbesar pada tiga kabupaten yakni Konawe Selatan, Muna dan Bombana, sedangkan kabupaten lainnya juga ada namun populasinya hanya di bawah 10 persen dari jumlah keseluruhan ternak yang ada.

Pewarta : Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024