Kendari (Antara News) - Loka Pelayanan, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (LP3TKI), Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), komitmen untuk melakukan pencegahan terhadap "human trafficking" (perdagangan manusia) dengan giat melakukan sosialisasi kepada masyarakat di daerah itu yang ingin berangkat menjadi TKI.
Kepala LP3TKI Kendari La Ode Askar, di Kendari, Selasa, mengatakan pihaknya komitmen untuk terus memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai prosedur penempatan TKI, dimana dengan hal itu diharapkan akan mencegah terjadinya perdagangan manusia.
"Masyarakat harus diberi pengetahuan dan informasi terhadap prosedur yang benar untuk menjadi TKI, agar mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan termasuk didalamnya perdagangan manusia," ujarnya.
Ia menambahkan tentunya itu adalah kerja dari semua elemen yang berkompeten agar tidak ada lagi TKI yang menjadi korban, serta tidak ada lagi eksploitasi berlebihan dan perlakuan tidak layak terhadap TKI.
Menurut dia, dengan menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat terhadap prosedur dan mekanisme penempatan TKI yang telah diatur oleh Undang-undang dan ketentuan hukum lainnya yang mengatur akan mencegah adanya TKI non prosedural yang berpotensi untuk terjadinya perdagangan manusia.
"Kita komitmen agar tidak ada lagi TKI yang menjadi korban eksploitasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Ia menambahkan perdagangan manusia terjadi dikalangan TKI akibat tingginya arus TKI ilegal sehingga mereka dibayar tidak sesuai dengan upah yang layak bahkan sampai upahnya tidak dibayarkan.
Menurut dia, bahkan tidak jarang mereka di eksploitasi menjadi pekerja seks, bekerja melebihi jam kerja bahkan sampai tindakan perbudakan harus diterima.
Dari data LP3TKI Kendari, dari total 14 cabang perusahaan penyalur TKI hanya ada sembilan perusahaan penyalur yang masih aktif dalam menyalurkan TKI didaerah itu.
Dimana, untuk tahun 2014, sebanyak 587 TKI yang terdaftar memiliki KTKLN yang terdiri dari sektor informal 169 orang dan sektor formal sebanyak 418 orang. Negara yang paling banyak dituju adalah negara-negara yang berada di timur tengah.
Kepala LP3TKI Kendari La Ode Askar, di Kendari, Selasa, mengatakan pihaknya komitmen untuk terus memberikan pengetahuan terhadap masyarakat mengenai prosedur penempatan TKI, dimana dengan hal itu diharapkan akan mencegah terjadinya perdagangan manusia.
"Masyarakat harus diberi pengetahuan dan informasi terhadap prosedur yang benar untuk menjadi TKI, agar mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan termasuk didalamnya perdagangan manusia," ujarnya.
Ia menambahkan tentunya itu adalah kerja dari semua elemen yang berkompeten agar tidak ada lagi TKI yang menjadi korban, serta tidak ada lagi eksploitasi berlebihan dan perlakuan tidak layak terhadap TKI.
Menurut dia, dengan menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat terhadap prosedur dan mekanisme penempatan TKI yang telah diatur oleh Undang-undang dan ketentuan hukum lainnya yang mengatur akan mencegah adanya TKI non prosedural yang berpotensi untuk terjadinya perdagangan manusia.
"Kita komitmen agar tidak ada lagi TKI yang menjadi korban eksploitasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Ia menambahkan perdagangan manusia terjadi dikalangan TKI akibat tingginya arus TKI ilegal sehingga mereka dibayar tidak sesuai dengan upah yang layak bahkan sampai upahnya tidak dibayarkan.
Menurut dia, bahkan tidak jarang mereka di eksploitasi menjadi pekerja seks, bekerja melebihi jam kerja bahkan sampai tindakan perbudakan harus diterima.
Dari data LP3TKI Kendari, dari total 14 cabang perusahaan penyalur TKI hanya ada sembilan perusahaan penyalur yang masih aktif dalam menyalurkan TKI didaerah itu.
Dimana, untuk tahun 2014, sebanyak 587 TKI yang terdaftar memiliki KTKLN yang terdiri dari sektor informal 169 orang dan sektor formal sebanyak 418 orang. Negara yang paling banyak dituju adalah negara-negara yang berada di timur tengah.