Jakarta (ANTARA News) - Tidak dapat dipungkiri, kalangan intelektual Muslim di Tanah Air umumnya mengenal dengan baik sosok dr. H. Sulastomo, MPH.

     "Mas Tom", begitu panggilan akrabnya, adalah Ketua Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila (YAMP).

     YAMP sendiri didirikan oleh mantan Presiden H. Muhammad Soeharto pada  17 Februari 1982, dan yayasan itu telah berhasil membangun sebanyak 999 masjid di seluruh Indonesia.

     Mas Tom juga dikenal sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di masa prolog dan epilog Gestapu/PKI. Kiprahnya yang patriotik dalam membangun HMI ditulisnya dalam buku berjudul "Hari-Hari Yang Panjang."

     "Last but not least" dokter yang dikenal sebagai pakar jaminan kesehatan itu juga termasuk salah satu pendiri Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), sebuah organisasi kebajikan yang bersifat independen, berakidah Islam, dan berasaskan Pancasila.

     IPHI berkedudukan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), meliputi daerah provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan kelurahan/desa, serta perwakilan di Luar Negeri.

     IPHI merupakan wadah tempat berhimpun para alumni haji dari seluruh wilayah Indonesia yang bersifat permanen dan terorganisasi dengan visi, misi, dan program yang jelas serta prinsip-prinsip keorganisasian dan kepemimpinan yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.

     Dalam perbincangan pada awal November 2014 di Jakarta, dr. Sulatomo menjelaskan, sebelum IPHI terbentuk sudah banyak organisasi persaudaraan haji yang mengorganisasikan para Hujaj di Tanah Air.

     Pada 22-24 Sya'ban 1410 H, bertepatan dengan tanggal 20 - 22 Maret 1990 Masehi, atas prakarsa beberapa tokoh agama, Departemen Agama RI, dan Presiden Soeharto, bertempat di Jakarta dilaksanakan Muktamar Persaudaraan Haji ke-1 yang dihadiri oleh seluruh organisasi persaudaraan haji yang ada.

     Muktamar ke-1 itu berhasil menyatukan seluruh organisasi persaudaraan haji dalam sebuah Badan Koordinasi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia, disingkat Bakor IPHI. Terpilih sebagai Ketua Umum adalah dr H. Sulastomo dan sebagai Sekretaris Jenderal Drs, H Mubarok, MSi.

     Oleh karena IPHI belum memiliki kantor sendiri, maka untuk sementara dipinjamkan oleh Departemen Agama RI, yakni Asrama Haji yang terletak di Jalan Jaksa Jakarta Pusat. Roda organisasi mulai berjalan dan melalui Rapat Kerja Nasional ditetapkan Muktamar ke-2 dilaksanakan pada 13 - 16 September 1993 di Jakarta.

     Bakor IPHI disepakati untuk diubah menjadi Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia saja, disingkat IPHI, dan tetap dipimpin oleh dr H. Sulastomo sebagai Ketua Umum dan  Drs H.Mubarok, MSi sebagai Sekjen.

     Ketika terjadi tragedi terowongan Mina di Tanah Suci tahun 1990, jatuh ratusan korban jemaah haji Indonesia. Ketua Umum IPHI kemudian menghadap Presiden Soeharto untuk membahas upaya mengenang tragedi Mina dengan membangun Rumah Sakit Haji di empat embarkasi haji, yaitu di Medan, Jakarta, Surabaya, dan Makasar.

     Presiden menyetujui usulan tersebut dengan menyiapkan uang Rp500 juta yang berasal dari Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila (YAMP) untuk setiap rumah sakit tersebut, ditambah dengan dana kompensasi atas tragedi Mina yang diberikan oleh Pemerintah Arab Saudi.

     Pembangunan empat rumah sakit itu dapat diselesaikan dalam waktu dua tahun, dan untuk mengelola Rumah Sakit ini diterbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Kesehatan, dimana pengelolanya adalah Depkes, Pemda, dan IPHI.

     Sayangnya dengan berjalannya waktu pengelolaan Rumah Sakit Haji tersebut menjadi "rebutan" kelompok-kelompok tertentu.

     Menurut dr. Sulastomo, sejak didirikan hingga saat ini IPHI telah banyak melakukan berbagai kegiatan keagamaan dan kegiatan sosial untuk meningkatkan kebersamaan dan persaudaraan, serta menyelenggarakan berbagai amaliah sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang kesemuanya merupakan kontribusi keumatan IPHI yang membawa manfaat bagi masyarakat.

     Mas Tom menyatakan kegembiraannya bahwa IPHI telah menjadi anggota Badan Pendiri pembangunan Rumah Sakit Haji di empat embarkasi haji (Jakarta, Makassar, Medan, dan Surabaya). Lebih dari itu, ia juga merasa bersyukur IPHI yang kini dipimpin oleh Mayjen TNI (Purn) H. Kurdi Mustofa telah memiliki gedung sendiri yang relatif megah, terletak di Jl. Tegalan Nomor 1 Matraman, Jakarta Timur.

     Menurut Mas Tom, pada era Presiden Soeharto, IPHI Berhasil menghimpun dana untuk memiliki gedung Sendiri sebanyak Rp2,7 miyar dari sisa hasil beberapa kali penyelenggaraan "Tournament Golf Amal," sedangkan harga gedung yang akan dibeli sebesar Rp3,5 milyar. Kekurangan dana sebanyak Rp800 juta kemudian diberikan oleh Pak Harto ketika Mas Tom melaporkan rencana pembelian gedung tersebut di Istana Negara. Persaudaraan Haji merupakan organisasi kebajikan bersifat independen, berakidah Islam, dan berasaskan Pancasila.

     Berdirinya IPHI merupakan keinginan para haji untuk meningkatkan kesatuan dan persatan bangsa, keimanan dan ketaqwaan serta amal nyata dalam upaya melestarikan kemabruran hajinya.

     Persaudaraan Haji, bertujuan memelihara dan mengupayakan pelestarian haji mabrur guna meningkatkan partisipasi umat dalam pembangunan bangsa yang diridhoi Allah SWT, bertugas melaksanakan penyuluhan, pembimbingan, dan pembinaan kepada calon jemaah haji dan para haji Indonesia.

     Persaudaraan Haji, berfungsi sebagai wahana penghimpun potensi para haji Indonesia, menyerap dan penyalur aspirasi umat, sebagai organisasi kemasyarakatan berupaya ikut serta menyukseskan program pembangunan bangsa, serta sebagai sarana untuk mempererat ukhuwah Islamiyah sesama umat.

Pewarta : Oleh Aat Surya Safaat
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024