Jakarta (Antara News) - Seraya "deja vu", pagi itu, Kamis (16/10), saat menyaksikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Ibu Ani Yudhoyono beserta jajaran menteri Kabinet Indonesia Bersatu II dan para pendampingnya masing-masing berdiri di tangga Istana Merdeka, Jakarta.
        Sambil melambaikan tangan, mereka melempar senyum ke arah deretan fotografer yang telah siap dengan kamera masing-masing.
        Tangga yang sama dan senyum yang sama, mirip dengan lima tahun lalu saat pertama kalinya Kabinet Indonesia Bersatu II dibentuk, setelah kemenangan Presiden Yudhoyono dalam pemilihan umum presiden untuk periode ke dua jabatannya.
        Sama tapi tak serupa karena lima tahun lalu, misalnya, tak ada Menko Perekonomian Chairul Tanjung dan istrinya di sisi kanan Wakil Presiden Boediono dan Ibu Herawati.
        Tak ada pula Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko dan Kapolri Jenderal Polisi Sutarman dalam barisan tersebut.
        Banyak yang berubah dalam lima tahun, tapi foto resmi bersama terakhir Kabinet Indonesia Bersatu II itu seakan betul-betul memberi kata akhir dalam perjalanan sebuah pemerintahan.
        Namun, merujuk pada senyum setiap orang yang berdiri di tangga Istana Merdeka pagi itu, tampaknya lima tahun terakhir cukup sukses untuk ditutup dengan sebuah senyum.
        Sebuah senyum yang tak hanya mengakhiri jalannya sebuah pemerintahan, namun juga untuk menyambut pemerintahan baru dari kabinet Presiden dan Wakil Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kalla.
        Dan apa yang lebih indah dari membekukan sebuah kenangan dalam bingkai foto? Karena tampaknya dalam sepekan terakhir hari-harinya menjabat, Presiden Yudhoyono tidak hanya sibuk menyelesaikan tugas-tugasnya yang tersisa, namun juga berpamitan.
        Berpamitan pada mereka-mereka yang telah mengiringi pemerintahannya selama lima tahun terakhir, mulai dari para pejabat negara hingga masyarakat luas.
        Sebut saja pamitan Presiden Yudhoyono dengan para pegawai seluruh Istana Kepresidenan, dengan para pemimpin MPR, DPR dan DPD, dengan para gubernur pada pejabat daerah, dengan para pejabat TNI hingga dengan masyarakat luas dalam acara "kopdarpamitan".
       
                                                                 Pamit
        Dalam silaturahim nasional di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Selasa (14/10), Presiden Yudhoyono menyampaikan salam perpisahan di hadapan seluruh gubernur, wali kota dan bupati dari seluruh Indonesia, yang masih akan melanjutkan tugasnya di bawah kepemimpinan baru.
        "Terima kasih kepada saudara semua, rakyat Indonesia, khusus pada jajaran pemerintah, terima kasih atas kebersamaannya. Secara khusus terima kasih ini atas (penyelenggaraan-red) pemilu keempat yang oleh dunia dikatakan pemilu yang 'fair' dan demokratis," ucapnya.
        Ia menyampaikan akan segera mengakhiri masa jabatannya, dan Indonesia akan memiliki Presiden yang baru.
        "Saya mohon maaf apabila apa yang saya lakukan belum penuhi harapan saudara semua, saya ingin berbuat terbaik. Ada sasaran yang belum dicapai, sebagai pemimpin saya mohon maaf. Saya meminta maaf bila selama 10 tahun ada sikap saya tidak berkenan. Tidak ada niat yang tidak baik dari saya," tutur Presiden.
        Dalam kesempatan itu, ia juga mengajak semua pihak termasuk pemimpin daerah untuk mendukung kerja pemerintahan baru, karena dukungan dari semua pihak merupakan salah satu kunci keberhasilan pemerintahan.
        "Saya berharap semua pihak mendukung penuh presiden baru nanti bersama pemerintahannya. Dengan dukungan saudara, pemerintah baru nanti bisa laksanakan tugas dengan baik," ujarnya.
        Tak hanya Presiden, Ibu Ani Yudhoyono pun secara khusus berpamitan seraya mengucapkan terima kasih atas dukungan semua pihak selama 10 tahun terakhir ini.
        Salam perpisahan itu disampaikan Ibu Ani dalam acara malam apresiasi dan refleksi capaian Kementerian Lingkungan Hidup, Senin (13/10).
        "Malam ini dalam acara ini, kesempatan terakhir saya berpidato di depan publik, 20 Oktober nanti sudah ada pemimpin dan ibu negara yang baru, saya minta maaf, semoga ke depan silaturahmi kita tetap terjalin dengan baik," katanya.
        Namun, Ibu Ani yang malam itu menerima anugerah Penghargaan Asasta Buana Kepemimpinan Lingkungan Hidup mengatakan meski telah selesai menjalankan tugas sebagai Ibu Negara, ia tetap akan berkomitmen melanjutkan perannya di bidang lingkungan.
   
                                       Sidang KIB II Terakhir
        Selain berpamitan, di akhir masa baktinya dalam sidang kabinet terakhir pemerintahannya, Presiden Yudhoyono menyampaikan lima butir refleksi sebagai pertanggungjawaban kepada sejarah, bangsa, dan masa depan.
        Lima butir refleksi tersebut adalah, pertama, memahami bahwa pembangunan adalah proses yang panjang yang harus dilakukan bertahap dan dinamis. Kedua, reformasi yang terjadi harus berkesinambungan, sehingga bersifat berlanjut dan membawa perubahan. "Yang belum baik harus dicapai, dilakukan perubahan untuk bisa atasi persoalan bangsa," tuturnya.
        Ketiga, tambah dia, dalam kesinambungan pembangunan harus obyektif, terbuka dan jujur melakukan evaluasi mengingat tak bisa dipungkiri pasti selalu ada target yang belum dicapai.
        Sementara itu refleksi keempat dan kelima adalah pentingnya menjaga sinkronisasi pemerintah pusat dan daerah, termasuk sinergi antarinstansi dan upaya untuk terus menjaga persatuan Indonesia dengan ideologi Pancasila. Presiden menegaskan bagaimana upaya menjaga kemajemukan menjadi syarat mutlak di negeri yang beragam ini.
        Presiden Yudhoyono kemudian menutup sidang tersebut dengan sebuah permohonan maaf. "Saya minta maaf selaku Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan. Selaku manajer pembangunan dan pemerintahan jika ada yang belum dapat saya lakukan sebagaimana saudara harapkan," ujar Presiden.
        Terlepas dari semua keriuhannya, "acara" pamitan tersebut setidaknya melambangkan sebuah harapan terciptanya suatu transfer kekuasaan yang damai, aman, dan disertai dengan kesediaan semua pihak untuk menyambut sebuah pemerintahan yang baru.
        Sebagaimana tradisi pamitan itu sendiri yang menyimbolkan perpisahan secara baik-baik dengan sebersit harapan untuk kembali bersua di masa datang. Laiknya ketika orang berdiri di bandara, melepas kepergian seorang karib untuk merantau.

Pewarta : Oleh GNC Aryani
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024