Kendari  (Antara News) - Pakar Maritim dari Universitas Sultan Agung Semarang, Jawa Tengah, Prof Dr Ir La Ode Masihu Kamaluddin M,Eng mengatakan tol laut yang digagas presiden terpilih Joko Widodo akan menjadi solusi menyejahterakan rakyat Indonesia.

"Nilai ekonomi dari pengembangan transportasi dan pelabuhan yang menjadi penyokong utama program tol laut, lebih menjanjikan kesejahteraan rakyat Indonesia dibandingkan dengan nilai ekonomi dari pengembangan produksi ikan tangkap dan budidaya yang selama ini dibangun pemerintah," katanya saat memberi kuliah umum pada mahasiswa Pascasarjana Universitas Haluoleo Kendari Sulawesi Tenggara (Sultra) di Kendari, Senin.

Oleh karena itu katanya, ekonomi maritim ke depan tidak lagi bicara soal produksi ikan tangkap dan budidaya ikan, melainkan lebih berkosentrasi pada bisnis pengembangan transportasi dan pelabuhan.

"Negara kita sudah 15 tahun berkutat dengan pembangunan ekonomi maritim berbasis pulau-pulau kecil dan kota-kota pantai dengan menitikberatkan pada program pengembangan ikan tangkap dan budidaya," katanya.

Ke depan kata dia, titik berat pembangunan ke maritiman akan mengarah pada pengembangan transportasi dan pelabuhan untuk mendukung tol laut yang digagas presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo - Mohammad Jusuf Kalla.

Menurut dia, ketika program tol laut yang menghubungkan kawasan barat dan kawasan Timur Indonesia disertai jaringan transportasi antarpulau bisa diwujudkan pemerintah, akan berdampak pada menurunnya harga berbagai kebutuhan masyarakat.

Dengan begitu katanya, daya beli masyarakat, terutama yang bermukim pulau-pulau kecil di kawasan Timur Indonesia, bisa meningkat.

"Ketika daya beli masyarakat secara keseluruhan meningkat, praktis tingkat kesejahteraan masyarakat akan makin membaik pula," katanya.

Saat itulah ujarnya, bangsa ini akan menjadi bangsa yang kuat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Selama ini jelas La Ode, harga berbagai kebutuhan masyarakat di KTI sangat tinggi dibandingkan dengan harga berbagai kebutuhan masyarakat di KBI.

Itu karena kata dia, distribusi barang dari KBI ke KTI membutuhkan biaya yang sangat mahal.

"Sebagai contoh distribusi barang dari Jakarta ke Singapura membutuhkan biaya sekitar 180 dollar per metric ton, sedangkan ditribusi barang dari Jakarta ke Banjarmasin menelan biaya 650 dollar per metrik ton," katanya.

Padahal ujarnya, jarak antara Jakarta-Singapura dan Jakarta - Banjarmasin lebih jauh Jakarta - Singapura.

Demikian pula biaya distribusi barang dari Jarkata ke Papua lebih mahal dibandingkan dengan biaya distribusi barang dari Jakarta ke negara-negara Eropa.

"Disparitas biaya distribusi barang antara KTI dan KBI yang terlalu jauh ini, dikarenakan yang kapal mengangkut barang dari Jakarta ke KTI kembali ke Jakarta dalam keadaan kosong. Makanya, biaya angkut dikenakan dua sampai tiga kali lipat," katanya.

Pewarta : Agus
Editor : Abdul Azis Senong
Copyright © ANTARA 2024