Kendari  (Antara News) - Harga lada, salah satu komoditas unggulan selain kakao dan mete di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu, mencapai Rp130 ribu per kilogram.

Keterangan dari Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, Sabtu, harga lada yang mencapai senilai itu terjadi pada tingkat pedagang pengecer, sementara di tingkat petani dan pengumpul maupun antarpulau sedikit lebih murah.

Untuk harga di tingkat petani produsen Rp100 ribu--Rp105 ribu/kg, sedangkan di tingkat pedagang pengumpul Rp110 ribu/kg.

"Kalau di tingkat pedagang antarpulau, harganya mencapai Rp120 ribu/kg atau lebih murah daripada harga di tingkat pedagang pengecer yang mencapai Rp125 ribu--Rp130 ribu/kg," kata Adnan Jaya, petugas pencatat komoditas harga perkebunan dan hortikultura Provinsi Sultra.

Ia mengatakan bahwa di Sulawesi Tenggara ada dua jenis lada, yakni lada putih dan lada hitam. Namun, yang ramai di pasaran saat ini adalah lada putih.

"Harga lada di pasaran saat ini tergolong cukup tinggi dibanding dengan periode yang sama pada tahun 2013 yang sedikit lebih murah," katanya.

Di samping lada, kata Adnan, komoditas perkebunan yang mulai ramai di pasaran adalah cengkih produk petani dari sejumlah kabupaten di Sultra.

Harga cengkih juga bervariasi, mulai dari Rp120 ribu/kg di tingkat petani produsen hingga Rp130 ribu/kg di tingkat pedagang pengumpul dan pedagang antarpulau.

"Hasil cengkih petani tahun ini tampaknya cukup lebih baik dan banyak bila dibanding dengan tahun sebelumnya yang produksinya tidak terlalu ramai. Hal itu disebabkan musim hujan yang tidak menentu," katanya.

Sentra produski lada, kata dia, banyak dihasilkan petani di hampir seluruh Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, dan Konawe Utara, sementara untuk cengkih selain di Kolaka dan Kolaka Utara juga di Kabupaten Konawe Kepulauan dengan tingkat produksi baru berkisar antara 500/kg dan 1 ton per hektare untuk cengkih.


Pewarta : Oleh Azis Senong
Editor :
Copyright © ANTARA 2024