Batam (Antara News) - Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan Presiden Republik Indonesia adalah sosok negarawan hebat yang mampu memimpin bangsanya dengan baik serta kiprahnya di tingkat internasional.

       "Saat Presiden Yudhoyono tidak lagi menjabat, Indonesia akan kehilangan sosok negarawan, Australia kehilangan seorang teman," kata Abbott dalam konferensi pers setelah pertemuan bilateral di Batam, Rabu.

       Menurut PM Australia, Presiden Yudhoyono telah menjadi presiden yang hebat dan teman yang baik bagi Australia.

       Ia juga berpendapat bahwa masa kepemimpinan SBY dapat disebut sebagai era perdamaian di luar negeri, kemakmuran di dalam negeri, konsolidasi demokrasi, dan penguatan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia.

       "Saya akan sangat bangga untuk memanggil anda sebagai teman saya," kata Abbott.

       PM Australia juga mengatakan bahwa SBY merupakan negarawan senior dari Asia yang telah menunjukkan pengaruhnya dalam berbagai dewan di tingkat internasional.

       Sebelumnya, PM Australia Tony Abbott tiba di Nongsa Point Marina & Resot, Batam, Rabu sore, guna menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden SBY.

       Presiden didampingi lima menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yaitu Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, serta Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

       Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa (3/6), mengatakan pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari pembicaraan per telepon Presiden Yudhoyono dan PM Abbott di sela-sela Konferensi Open Government Partnership di Bali, 6 Mei 2014.

       Pertemuan Presiden RI-PM Australia itu terkait dengan hubungan bilateral Indonesia-Australia yang telah dibangun berdasarkan kemitraan komprehensif akan dapat kembali dioptimalkan manakala kedua negara mampu membangun kembali "trust and confidence" dengan mengacu pada suatu "code of conduct".

    
                                           Selesaikan Masalah
       Pemerintahan Republik Indonesia dan Australia sepakat untuk menyelesaikan beragam masalah yang mengganggu termasuk isu penyadapan, serta mencari peluang kerja sama baru pada masa mendatang.

       "Kami bersepakat menyelesaikan masalah yang sempat mengganggu dan bersepakat mencari peluang kerja sama baru demi kepentingan Indonesia dan Australia," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam konferensi pers setelah pertemuan bilateral kedua negara di Batam, Rabu.

       Menurut Presiden Yudhoyono, pertemuan dirinya dengan Perdana Menteri Australia berlangsung dengan baik, produktif, dan konstruktif, guna menjaga dan meningkatkan kerja sama kemitraan kedua bangsa untuk menuju masa depan yg lebih baik.

       Presiden menekankan pentingnya kemitraan yang berdasarkan prinsip "mutual benefit" dan "mutual respect" terutama mengingat hubungan RI-Australia dari masa ke masa terus mengalami kemajuan.

       "Sesekali ada isu bilateral yang muncul dan itu wajar.. Semangat kami mencari solusi sebaik mungkin untuk mengatasinya," katanya.

       Presiden mengemukakan bahwa butir yang penting untuk diselesaikan adalah isu penyadapan yang terjadi pada tahun 2013, di mana Indonesia melalui Menlu Marty Natalegawa telah mengajukan usulan protokol dan "code of Conduct" yang diharapkan bisa diselesaikan dalam waktu dekat.

       Sementara itu, PM Australia Tony Abbott mengatakan, pihaknya meyakini bahwa berbagai isu tersebut dapat mendapatkan kesepakatan yang memuaskan.

       "Isu intelijen (penyadapan) akan dipecahkan melalui proses yang sedang berjalan antara Menlu RI Marty Natalegawa dan Menlu Australia Julie Bishop," katanya.

       PM Australia mengingatkan bahwa kedua negara adalah mitra yang saling percaya dan tingkat kepercayaan itu terus bertumbuh seiring waktu.

       Abbott juga menyatakan bahwa kerja sama intelijen dan keamanan penting untuk menjaga perdamaian kedua negara serta Australia juga menyatakan dukungan totalnya terhadap integritas teritorial Indonesia.

       Seusai konpers, Menlu Marty Natalegawa mengatakan pihaknya telah mengirimkan draf tapi hingga kini belum ada tanggapan jawaban resmi atas draf tersebut dari pihak Australia.

        Marty mengemukakan bahwa pihaknya tidak akan memaksakan tenggat waktu tetapi diharapkan penyelesaian yang lebih cepat lebih baik.

Pewarta : Oleh Muhammad Razi Rahman
Editor :
Copyright © ANTARA 2024