Kolaka (Antara News) - Harga biji kakao di sejumlah pusat penjualan hasil perkebunan di Kolaka, hingga dua minggu terakhir mengalami penurunan.
Keterangan dari Dinas Perkebunan Kolaka, Jumat, di beberapa wilayah di kabupaten itu mengalami penurunan harga kakao fermentasi pada minggu kedua dan ketiga bulan April 2013 ini sekitar Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram.
"Kalau sebelumnya harga biji kakao kering di tingkat pedagang antarpulau berkisar Rp19.000 per kilogram, sedangkan di tingkat pedagang pengumpul sekitar Rp17.000 hingga Rp18.000 per kilogram," kata Staf Dinas Perkebunan setempat, Kasim Madaria.
Sementara harga biji kakao yang bukan fermentasi, kata dia, berkisar Rp17.000 per kilogram pada tingkat pedagang antarpulau, sedangkan di tingkat petani hanya Rp15.000 per kg.
"Harga biji kakao pada minggu pertama bulan ini memang mengalami kenaikan sampai Rp18.000 pada tingkat petani, dan di tingkat pedagang antarpulau berkisar Rp20.000 per kilogram untuk biji kakao hasil fermentasi," ungkapnya.
Perbedaan harga ini, lanjut dia, karena pengaruh belum masuk musim panen di beberapa wilayah sentra penghasil kakao seperti di Kecamatan Ladongi dan Lambandia. Selain itu juga faktor cuaca dengan curah hujan yang cukup tinggi, sehingga mempengaruhi kualitas serta mutu produk kakao petani.
Sementara itu harga jenis perkebunan lain seperti lada putih masih bertahan sekitar Rp.80.000 per kilogram di tingkat pedagang antarpulau dan di tingkat pedagang pengumpul sekitar Rp75.000 per kilogram, serta di tingkat petani sekitar Rp70.000 per kilogram,.
Berbeda dengan harga jenis hasil perkebunan lain seperti nilam kering pada pekan ini mengalami peningkatan dari harga sebelumnya Rp3.000 naik menjadi Rp3.500 per kilogram di tingkat petani.
Keterangan dari Dinas Perkebunan Kolaka, Jumat, di beberapa wilayah di kabupaten itu mengalami penurunan harga kakao fermentasi pada minggu kedua dan ketiga bulan April 2013 ini sekitar Rp500 hingga Rp1.000 per kilogram.
"Kalau sebelumnya harga biji kakao kering di tingkat pedagang antarpulau berkisar Rp19.000 per kilogram, sedangkan di tingkat pedagang pengumpul sekitar Rp17.000 hingga Rp18.000 per kilogram," kata Staf Dinas Perkebunan setempat, Kasim Madaria.
Sementara harga biji kakao yang bukan fermentasi, kata dia, berkisar Rp17.000 per kilogram pada tingkat pedagang antarpulau, sedangkan di tingkat petani hanya Rp15.000 per kg.
"Harga biji kakao pada minggu pertama bulan ini memang mengalami kenaikan sampai Rp18.000 pada tingkat petani, dan di tingkat pedagang antarpulau berkisar Rp20.000 per kilogram untuk biji kakao hasil fermentasi," ungkapnya.
Perbedaan harga ini, lanjut dia, karena pengaruh belum masuk musim panen di beberapa wilayah sentra penghasil kakao seperti di Kecamatan Ladongi dan Lambandia. Selain itu juga faktor cuaca dengan curah hujan yang cukup tinggi, sehingga mempengaruhi kualitas serta mutu produk kakao petani.
Sementara itu harga jenis perkebunan lain seperti lada putih masih bertahan sekitar Rp.80.000 per kilogram di tingkat pedagang antarpulau dan di tingkat pedagang pengumpul sekitar Rp75.000 per kilogram, serta di tingkat petani sekitar Rp70.000 per kilogram,.
Berbeda dengan harga jenis hasil perkebunan lain seperti nilam kering pada pekan ini mengalami peningkatan dari harga sebelumnya Rp3.000 naik menjadi Rp3.500 per kilogram di tingkat petani.