Kendari (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Tenggara (Sultra), saat ini mulai mengembangkan tanaman bawang merah di daerah itu.

Kepala Dinas Perkebunan dan Holtikultura Sultra, Achmad Chaidir, di Kendari, Senin, mengatakan, saat ini pihaknya terus mendorong warga di daerah itu untuk mengembangkan tanaman tersebut.

"Selama ini, komoditi bawang merah adalah komoditi yang sebahagian besar didatangkan dari luar daerah Sultra, seperti dari Nusa Tenggara Barat," katanya.

Ia mengatakan, untuk mengembangkan tanaman ini, warga tidak hanya dianjurkan menanam saat musim tanam secara umum, tetapi perlu ada upaya tehnologi melakukan penanaman di luar musim tanam.

"Sehingga harga dan stok bawang merah di pasaran tetap stabil, tidak terjadi fluktuasi harga yang pada akhirnya mempengaruhi inflasi," katanya.

Ia menjelaskan, terkait upaya mengembangkan tanaman bawang merah ini, pihaknya telah membuat kebun percontohan di atas lahan seluas satu hektare terletak di Kabupaten Kolaka Utara.

"Lahan itu ditanam pada waktu di luar musim tanam yang sesungguhnya, tetapi dengan sentuhan tehnologi hasilnya sangat besar dan menguntungkan," ujarnya.

Menurutnya, dari kebun percontohan bawang merah satu hektare tersebut, setelah dipanen, menghasilkan bawang merah sebanyak 20 ton.

"Dengan perlakuan khusus menanam di luar musim tanam bawang merah, dibutuhkan modal berkisar Rp15-20 Juta per hektare, dengan masa tanam hingga panen 3-4 bulan," ujarnya.

Ia menjelaskan, jika bawang merah itu dijual dengan harga lokal Rp6000 per kilogram, maka total nilai jualnya mencapai Rp120 juta.

"Artinya, dalam waktu tiga bulan menanam bawang merah, bisa menghasilkan keuntungan sekitar Rp100 juta," ujarnya.

Kata dia, saat ini warga sudah mulai membentuk kelompok untuk mengembangkan tanaman ini setelah melihat hasil dari kebun percontohan dengan menggunakan teknologi penanaman di luar musim tanam. (Ant).

Pewarta : Suparman
Editor : Laode Masrafi
Copyright © ANTARA 2024