Kendari (ANTARA News) - Persebaran guru di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara saat ini belum merata dari satu sekolah ke sekolah lain.
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Kendari, Boy Azis, di Kendari, Selasa mengatakan, persebaran yang paling jelas terlihat antara guru di sekolah yang berada di pusat kota dan sekolah yang berada di pinggiran kota.
"Ada beberapa sekolah yang menumpuk gurunya, khususnya sekolah di pusat kota atau berada di jalur jalan utama, dan ada sekolah di pinggiran kota yang mengeluhkan karena kurangnya tenaga guru," kata Bay Azis.
Berdasarkan pantauan di lapangan, ada sekolah yang memiliki guru bahasa Inggris sampai tujuh orang, dan ada sekolah hanya memiliki guru bahasa Inggris satu orang.
"Dari kondisi itu kita bisa prediksi bahwa ada guru bidang studi tertentu di sekolah yang terlalu santai gurunya karena banyak, sementara ada sekolah yang terlalu diporsir gurunya karena hanya satu orang," ujarnya.
Menurutnya, terkait penempatan guru tersebut yang melakukan pengusulan adalah dinas terkeiat yakni Dinas Pendidikan Nasional kota Kendari.
"Mereka yang masukan usulan penempatan guru, kemudian kami yang proses surat keputusan (SK) penempatannya," kata Boy.
Ia menjelaskan, seharusnya yang lebih melihat kondisi persebaran guru tersebut adalah instansi terkait, agar tidak terkesan penumpukan guru pada sekolah tertentu.
Yang menjadi masalah saat ini, kata dia, guru yang ditempatkan di dearah sekolah pinggiran selalu merasa adalah daerah buangan atau karena mendapatkan hukuman, sehingga mereka selalunya memohon untuk dipindahkan ke sekolah yang dipusat keramaian.
"Ini sangat bertentangan dengan sumpah yang mereka ucapkan saat menjadi PNS bahwa siap ditempatkan dimana saja," katanya. (Ant).
Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Kendari, Boy Azis, di Kendari, Selasa mengatakan, persebaran yang paling jelas terlihat antara guru di sekolah yang berada di pusat kota dan sekolah yang berada di pinggiran kota.
"Ada beberapa sekolah yang menumpuk gurunya, khususnya sekolah di pusat kota atau berada di jalur jalan utama, dan ada sekolah di pinggiran kota yang mengeluhkan karena kurangnya tenaga guru," kata Bay Azis.
Berdasarkan pantauan di lapangan, ada sekolah yang memiliki guru bahasa Inggris sampai tujuh orang, dan ada sekolah hanya memiliki guru bahasa Inggris satu orang.
"Dari kondisi itu kita bisa prediksi bahwa ada guru bidang studi tertentu di sekolah yang terlalu santai gurunya karena banyak, sementara ada sekolah yang terlalu diporsir gurunya karena hanya satu orang," ujarnya.
Menurutnya, terkait penempatan guru tersebut yang melakukan pengusulan adalah dinas terkeiat yakni Dinas Pendidikan Nasional kota Kendari.
"Mereka yang masukan usulan penempatan guru, kemudian kami yang proses surat keputusan (SK) penempatannya," kata Boy.
Ia menjelaskan, seharusnya yang lebih melihat kondisi persebaran guru tersebut adalah instansi terkait, agar tidak terkesan penumpukan guru pada sekolah tertentu.
Yang menjadi masalah saat ini, kata dia, guru yang ditempatkan di dearah sekolah pinggiran selalu merasa adalah daerah buangan atau karena mendapatkan hukuman, sehingga mereka selalunya memohon untuk dipindahkan ke sekolah yang dipusat keramaian.
"Ini sangat bertentangan dengan sumpah yang mereka ucapkan saat menjadi PNS bahwa siap ditempatkan dimana saja," katanya. (Ant).