Moskow (ANTARA) - Amerika Serikat akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa Iran tidak akan pernah mengembangkan dan memiliki senjata nuklir, kata wakil juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel.
"Presiden dan Menteri Luar Negeri telah menyampaikan hal ini dengan jelas. Kami ingin memastikan bahwa Iran tidak pernah memiliki senjata nuklir dan kami akan terus menggunakan berbagai alat untuk mencapai tujuan ini," kata Patel pada Kamis (14/11).
"Semua opsi tetap terbuka," ujarnya, menambahkan.
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi, dalam konferensi pers bersama Kepala Organisasi Energi Atom Iran, Mohammad Eslami, pada Kamis mengatakan kesepakatan nuklir dengan Iran masih memungkinkan.
Namun, ujar Grossi, Teheran harus memberi informasi yang dapat diandalkan tentang aktivitas nuklir negara tersebut.
Grossi juga menekankan bahwa dirinya melihat Iran punya keinginan untuk mencapai kesepakatan dengan Barat terkait program nuklirnya.
"Kami sependapat dengan Direktur Jenderal IAEA. Waktu sangat penting dalam memastikan Iran bekerja sama penuh dengan IAEA untuk menyelesaikan masalah-masalah yang telah menjadi perhatian lama," kata Patel kepada wartawan.
Pada 2015, Iran bersama Inggris, Jerman, China, Rusia, AS, Prancis, serta Uni Eropa, menandatangani Rencana Aksi Komprehensif Bersama atau lebih dikenal sebagai kesepakatan nuklir Iran.
Kesepakatan itu bertujuan membatasi penelitian nuklir Teheran dengan imbalan pencabutan sanksi terhadap Iran.
Presiden AS saat itu, Donald Trump, menarik AS dari kesepakatan tersebut dan kembali menerapkan sanksi pada 2018. Tindakan Trump itu mendorong Iran untuk tidak lagi memenuhi kewajibannya.
Pemilihan presiden berlangsung di Amerika Serikat pada 5 November. Trump, yang menjabat sebagai presiden AS pada 2017–2021, dinyatakan sebagai pemenang oleh seluruh lembaga pemantau pemilihan utama.
Trump dijadwalkan dilantik sebagai presiden pada 20 Januari 2025.