Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta penguatan kelembagaan petani milenial di Kabupaten Merauke, Papua Selatan, guna meningkatkan kapasitas, produktivitas, serta kontribusi mereka dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
"Ini penting karena kaum milenial memiliki potensi besar untuk membawa inovasi dalam pertanian," kata Amran dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Mentan menyampaikan, terdapat tiga instrumen untuk menggerakkan perekonomian Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 di dari sisi pangan, yakni kaum millenial produktif, sumber daya lahan dan penggunaan teknologi.
Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya penguatan kelembagaan kaum milenial khususnya di daerah Merauke untuk memperkuat sektor pertanian dengan sistem modernisasi.
"Kita perlu melibatkan kaum milenial dalam proses produksi pertanian agar mereka dapat berkontribusi secara aktif dan kreatif," ujarnya ketika melakukan kunjungan kerja di Kampung Telaga Sari, Distrik Kurik Kabupaten Merauke.
Menurutnya, generasi muda saat ini tidak akan tertarik bekerja di sektor pertanian jika tidak menguntungkan atau tanpa penggunaan teknologi. Oleh karena itu, pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp68 triliun untuk mendukung sektor pertanian.
Dia menggarisbawahi pentingnya pengelolaan sumber daya lahan secara berkelanjutan dengan pembentukan brigade dari kaum milenial untuk mengolah lahan.
"Satu brigade dengan 15 orang milenial untuk mengolah 200 hektar, disiapkan combine harvester, traktor, dan penunjang produksi lainnya, dengan nilai investasi Rp3 miliar lebih" jelasnya.
Di sisi lain, penggunaan teknologi modern menjadi kunci untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian. Amran menyoroti inisiatif transformasi sosial dan transformasi teknologi modern.
"Di sini (Merauke) menjadi pusat pertanian termodern dunia, kita akan sejajar dengan Amerika, Jepang, dan lainnya, dan yang menjadi pelopor adalah kalian (kaum milenial)," imbuhnya.
Selain itu, Mentan juga menyoroti kesempatan usaha pertanian dengan aspek hasil usaha pertanian di lahan dengan hasil 70 - 30 persen, dimana 70 persen merupakan hasil yang dapat digapai oleh para milenial dan hasil 30 persen dari pemilik lahan.
"Targetnya per bulan, para milenial yang turun ke lahan kita sudah hitung akan mendapatkan 70 persen, pendapatan sekitar Rp20 juta, di atas gaji Menteri" sebutnya.
Di tengah sambutan kepada para masyarakat yang hadir, Mentan menarik salah seorang petani bernama Petrus Awi, yang mengusahakan jasa combine harvester sebagai contoh petani milenial berhasil.
"Dalam satu hari, panen empat hektar, dia (Petrus) dapat Rp6 juta. Kalau di kali dengan satu bulan, akan mendapatkan Rp180 juta. Saya ingin Petrus lainnya dari masyarakat lokal di sini" ungkap Mentan.
Melalui optimalisasi lahan yang dilakukan di Merauke, Mentan berharap dapat memberikan motivasi dan dorongan bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk terlibat dalam sektor pertanian demi tercapainya visi Indonesia Emas 2045.
Sementara itu, Mario Bendokbiran, petani milenial asli daerah Merauke mengatakan bahwa saat ini dirinya mengolah optimalisasi lahan seluas 6 hektar, dari 50 hektar yang dimiliki dari program optimalisasi lahan.
"Keluarga kami petani, memiliki lahan 50 hektar, tadinya vacum tidak berjalan dengan lancar, dengan adanya program optimalisasi lahan, menjadikan perubahan buat kami. Saya merasa bangga dan bersyukur dengan adanya program ini," kata Mario.
Mario mengajak para kaum milenial di daerahnya untuk terjun ke dunia pertanian karena merupakan sektor yang menjanjikan.
"Untuk teman-teman yang belum merasakan program ini, harapan dari saya untuk turun ke lapang, generasi Papua harus semangat bertani, karena dengan bertani kita dapat menghasilkan masa depan yang baik," kata Mario.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Mentan minta kelembagaan petani milenial diperkuat di Merauke