Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Wakatobi bersama dengan Taman Nasional Wakatobi dan sejumlah lembaga lainnya menghadirkan wahana rekreasi dan edukasi ekowisata bakau di Desa Tampara, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Dalam keterangan tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Sabtu dijelaskan bahwa pengembangan kawasan itu berkat kerja sama Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, Yayasan Konservasi Alam Nusantara(YKAN) dan PT First State Investment Indonesia.
Para pengunjung yang hadir di kawasan itu, kata dia, bisa mengenal lebih jauh ekosistem bakau, dan juga dilengkapi dengan jembatan titian, pusat informasi dan penjualan cinderamata hasil karya warga setempat.
Selain itu juga ada menara pantau apung untuk melakukan wisata pemantauan burung serta fasilitas perahu jika pengunjung berminat menyusuri kawasan bakau. Masyarakat sangat bergantung pada jasa lingkungan yang disediakan oleh ekosistem bakau.
"Ekosistem bakau yang sehat mendukung produktivitas perikanan. Selain itu, ekosistem bakau juga memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan secara optimal terkait mata pencaharian berkelanjutan dan inisiatif yang menghasilkan pendapatan, termasuk ekowisata dan kegiatan rekreasi lainnya,"ujar Direktur Program Kelautan YKAN, Muhammad Ilman.
Kawasan tersebut terletak di Pulau Kaledupa, bagian selatan Desa Tampara, Kecamatan Kaledupa Selatan, memiliki tutupan hutan bakau yang rapat. Total luasnya 37,5 hektare, dengan sembilan jenis bakau. Kawasan itu juga menjadi rumah bagi 33 spesies burung.
"Saya mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Wakatobi, Taman Nasional Wakatobi, dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang selama ini telah mendampingi kami. Ke depan, tentunya kami masih membutuhkan banyak dukungan, termasuk pendampingan teknis terkait pengelolaan dan pengembangan ekowisata di desa ini," ujar Kepala Desa Tampara Sirajudin.
Kabupaten Wakatobi kaya akan sumber daya alam, peninggalan sejarah, seni, dan budaya yang berpotensi sebagai daya tarik wisata, baik bagi wisatawan nusantara maupun mancanegara. Namun, status Kabupaten Wakatobi yang juga sebagai Taman Nasional dengan luas 1.390.000 hektar, menuntut perlakuan khusus dalam hal konservasi kawasan untuk menjaga kelestarian sumber daya alamnya.
"Pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Wakatobi harus dilakukan denganmengedepankan prinsip-prinsip konservasi. Oleh karenanya, dengan pendekatan wisata berkelanjutan dan kemitraan konservasi, akan menciptakan kegiatan wisata yang mendukung penghidupan berkelanjutan serta melindungi sumber daya alam, nilai tradisi, serta sosial budaya masyarakat," kata Kepala Seksi Wilayah II Taman Nasional Wakatobi, La Fasa.