Kendari (Antara News) - Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti RI, Intan Ahmad, mengatakan tenaga kerja Indonesia yang memiliki kualifikasi pendidikan tinggi masih rendah yakni 7,2 persen, maka perguruan tinggi harus mampu menciptakan lulusan yang terampil.
"Bonus demografi (penduduk dengan usia kerja) yang dimiliki Indonesia harus diikuti oleh langkah perguruan tinggi dalam menciptakan tenaga kerja terampil dan profesional agar dapat bersaing di tingkat global," ujarnya di Kendari, Rabu.
Ia menambahkan, Indonesia meskipun sekarang jumlah penduduknya menempati urutan nomor empat dunia, tetapi jumlah tenaga kerja yang berasal dari lulusan perguruan tinggi sementara ini masih ketinggalan dibanding dengan negara-negara lain seperti Malaysia.
Menurutnya, seiring dengan semakin dekatnya penerapan masyarakat ekonomi Asean (MEA), untuk menghadapi persaingan bebas ini maka perguruan tinggi juga dituntut untuk menciptakan lulusan berkualitas untuk segala bidang keahlian sesuai dengan keilmuan.
Maka dari itu, lanjutnya, perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi penggerak perubahan melalui peningkatan inovasi dan karya ilmiah yang dapat dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa.
Hasil dari karya inovasi dan teknologi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi juga tetap harus dikawal dan dikembangkan ke dalam kewirausahaan.
"Hal ini penting mengingat sebuah hasil dari inovasi saja tidak cukup untuk membawa perubahan yang lebih baik, maka dari itu dibutuhkan pengembangannya melalui kewirausahaan," ujarnya.
Ia mencontohkan, banyak hasil penelitian yang hanya menumpuk di perpustakaa atau ide-ide bisnis yang berhenti di tengah jalan. Hal itu menunjukan bahwa perubahan yang tidak dikawal dengan kerangka kewirausahaan tidak bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.