Kendari (ANTARA) - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Kendari memfasilitasi puluhan warga binaan pemasyarakatan untuk mengikuti ujian program pendidikan kejar paket C yang setara tingkat SMA dan paket B yang setara tingkat SMP.
Kepala Lapas Kelas IIA Kendari Herman Mulawarman melalui Koordinator Humas Mustar Taro saat dihubungi di Kendari, Sulawesi Tenggara , Jumat, mengatakan bahwa program ujian kejar paket ini merupakan langkah lembaga pemasyarakatan untuk memberikan kesempatan kepada warga binaan yang putus sekolah untuk meneruskan pendidikannya.
“Total warga binaan yang ikut ujian kejar paket C dan B ini berjumlah 21 orang dari berbagai kasus baik pidana umum maupun narkotika,” kata Mustar Taro.
Dia menyebutkan bahwa hingga saat ini terdapat sebanyak 21 warga binaan yang terdaftar sebagai peserta program belajar kejar paket C dan B di Lapas Kendari.
"Nantinya, pihaknya akan kembali melakukan pendataan lagi demi memberikan kesempatan yang sama," ujarnya.
Mustar mengungkapkan bahwa nantinya, seluruh warga binaan harus mendapatkan perlakuan yang sama, terlebih lagi terkait dengan pendidikan. Walaupun warga binaan saat ini menghadapi persoalan hukum, pihaknya berkomitmen untuk memberikan hak yang sama dari masyarakat pada umumnya.
“Kami juga memberikan kepada mereka hak-hak mengenyam pendidikan walaupun menjalani pidana di dalam Lapas yang ruang lingkupnya terbatas,” ungkap Mustar.
Sementara itu, guru pembimbing kejar paket Heilda Rurrianty Latippa menyampaikan bahwa semua warga binaan yang melakukan ujian kejar paket lebih dulu mengikuti proses pembelajaran. Sebab, warga binaan ataupun masyarakat pada umumnya tidak bisa langsung mengikuti ujian kejar paket jika tidak melewati proses pembelajaran.
“Proses pembelajarannya biasanya itu pertemuan dua kali dalam sebulan dan masing-masing ada tutornya,” ucapnya.
Ia menambahkan bahwa selama proses pembelajaran hingga pelaksanaan ujian pihaknya tidak mendapatkan kendala berarti.
“Alhamdulillah kalau proses pembelajaran kami tidak dapat kendala, karena kami tidak terlalu memaksakan berfikir seperti di umum, kami belajar sambil tukar pikiran,” tambahnya.