London (ANTARA) - Kepala Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Volker Turk menyatakan prihatin atas serangan udara Israel di dekat Rumah Sakit Universitas Rafik Hariri di ibu kota Lebanon, Beirut, dan mengatakan perlindungan warga sipil harus menjadi prioritas utama.
Dalam sebuah pernyataan pada Selasa (22/10), Turk mengatakan terkejut dengan serangan mematikan pada Senin yang dilaporkan menewaskan sedikitnya 18 orang, termasuk empat anak-anak, sambil menegaskan kembali bahwa prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional mengenai perlindungan warga sipil harus dihormati.
Ia mencatat bahwa rumah sakit, salah satu fasilitas medis utama di Beirut yang telah menerima banyak pasien selama konflik, juga tampaknya telah rusak akibat serangan tersebut.
"Dalam pelaksanaan operasi militer, semua langkah pencegahan yang layak harus diambil untuk menghindari, dan dalam hal apa pun meminimalkan, hilangnya nyawa warga sipil, cedera pada warga sipil, dan kerusakan pada objek sipil," tegas Turk.
Ia mengatakan bahwa rumah sakit, ambulans, dan tenaga medis dilindungi secara khusus berdasarkan hukum kemanusiaan internasional karena fungsinya yang menyelamatkan nyawa orang yang terluka dan sakit.
"Ketika melakukan operasi militer di sekitar rumah sakit, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik harus menilai dampak yang diharapkan terhadap layanan kesehatan sehubungan dengan prinsip proporsionalitas dan pencegahan", katanya.
"Setiap insiden yang memengaruhi rumah sakit harus diselidiki secara cepat dan menyeluruh," tambah Turk.
Kepala HAM PBB itu juga mengingatkan seruan PBB untuk segera menghentikan permusuhan dan mengingatkan semua pihak bahwa perlindungan warga sipil harus menjadi prioritas utama yang absolut.
Israel telah melancarkan kampanye udara besar-besaran di Lebanon sejak 23 September terhadap apa yang disebutnya sebagai target Hizbullah dalam eskalasi lebih dari setahun pertempuran lintas batas antara pasukan Israel dan kelompok Lebanon, sejak dimulainya serangan brutal Israel di Gaza.
Hampir 2.500 orang telah tewas dan lebih dari 11.500 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak tahun lalu, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Israel memperluas konflik pada 1 Oktober dengan melancarkan serangan darat ke selatan Lebanon.