Kendari (ANTARA) - Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sulawesi Tenggara (Sultra), menyebutkan harga kakao non fermentasi di tingkat pedagang antar-pulau Sub Terminal Agribisnis (STA) dan beberapa lokasi yang ada di Kota Kendari saat ini turun hingga Rp105.000/kg.
"Sebelumnya, harga kakao non fermentasi pada minggu ke empat bulan Juni lalu menyentuh senilai Rp125.000 per kilogram atau turun Rp20.000/kg, kepala Bidang Perkebunan Disbun Sultra, Akbar Effendi, di Kendari, Jumat.
Ia mengatakan, turunnya harga kakao non fermentasi tersebut disebabkan oleh pengaruh cuaca serta permintaan pasar yang sangat rendah.
"Jadi untuk harga kakao di tingkat pedagang antar-pulau sekarang adalah Rp105.000 per kilogram di pekan kedua bulan Juli 2024" katanya.
Menurut Akbar, harga tersebut bisa saja berubah karena faktor cuaca seperti hujan yang berangsur beberapa hari ini mengguyur di beberapa lokasi yang ada di bumi Anoa ini, dan itu sangat mempengaruhi produk maupun kualitas kakao non fermentasi dimana petani memperlakukan produk kakao nya itu dengan sistem pengeringan dari sinar mata hari langsung.
"Kemudian, turunnya harga tersebut bisa juga terjadi karena dampak permintaan sangat rendah sementara stok di pasaran banyak," ujarnya.
Selain kakao non fermentasi, kata dia, produk hasil perkebunan lain alami yang sama seperti bunga cengkeh turun sebesar Rp15.000 per kilogram jadi Rp100.000 per kilogram dari harga Rp115.000 per kilogram pada bulan Juni lalu.
"Sementara di komoditas perkebunan lain tetap kokoh pada harganya yaitu bunga pala/fuly Rp215.000 per kilogram, kopra hitam Rp10.400 per kilogram, dan lada putih yaitu dengan harga Rp120.000 per kilogram," tutup Akbar.
"Sebelumnya, harga kakao non fermentasi pada minggu ke empat bulan Juni lalu menyentuh senilai Rp125.000 per kilogram atau turun Rp20.000/kg, kepala Bidang Perkebunan Disbun Sultra, Akbar Effendi, di Kendari, Jumat.
Ia mengatakan, turunnya harga kakao non fermentasi tersebut disebabkan oleh pengaruh cuaca serta permintaan pasar yang sangat rendah.
"Jadi untuk harga kakao di tingkat pedagang antar-pulau sekarang adalah Rp105.000 per kilogram di pekan kedua bulan Juli 2024" katanya.
Menurut Akbar, harga tersebut bisa saja berubah karena faktor cuaca seperti hujan yang berangsur beberapa hari ini mengguyur di beberapa lokasi yang ada di bumi Anoa ini, dan itu sangat mempengaruhi produk maupun kualitas kakao non fermentasi dimana petani memperlakukan produk kakao nya itu dengan sistem pengeringan dari sinar mata hari langsung.
"Kemudian, turunnya harga tersebut bisa juga terjadi karena dampak permintaan sangat rendah sementara stok di pasaran banyak," ujarnya.
Selain kakao non fermentasi, kata dia, produk hasil perkebunan lain alami yang sama seperti bunga cengkeh turun sebesar Rp15.000 per kilogram jadi Rp100.000 per kilogram dari harga Rp115.000 per kilogram pada bulan Juni lalu.
"Sementara di komoditas perkebunan lain tetap kokoh pada harganya yaitu bunga pala/fuly Rp215.000 per kilogram, kopra hitam Rp10.400 per kilogram, dan lada putih yaitu dengan harga Rp120.000 per kilogram," tutup Akbar.