Kendari (ANTARA) - Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Sulawesi Tenggara (Sultra) menghadirkan mini Musuem Bank Indonesia di pameran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Kendari, Provinsi Sultra.
Kepala KPw BI Sultra Doni Septadijaya saat ditemui di Kendari, Sabtu, mengatakan bahwa mini Museum Bank Indonesia tersebut dihadirkan untuk memberikan edukasi langsung kepada masyarakat di Kota Kendari agar lebih mengetahui dan memahami sejarah berdirinya Bank Indonesia.
Selain itu juga, dengan hadirnya mini Museum Bank Indonesia tersebut bisa menumbuhkan rasa cinta masyarakat terhadap uang rupiah.
"Museum Bank Indonesia ini ada di Jakarta di daerah kota. Kalau ke sana, masyarakat Sulawesi Tenggara akan susah aksesnya. Nah kita datangkan di sini supaya masyarakat Sulawesi Tenggara bisa mengakses berbagai informasi yang disediakan oleh Museum Bank Indonesia," kata Doni Septadijaya.
Dia menyebutkan bahwa Mini Museum Bank Indonesia itu juga memberikan lima panel pemateri kepada pengunjung, mulai dari muatan lokal yang memberi informasi tentang "Kampua" uang unik dari kain tenun yang menceritakan uang unik dan khas dari Buton, Provinsi Sultra.
"Di situ juga dijelaskan sejarah dan kebijakan BI Wall of Frame sejarah Bank Sentral Indonesia, sejarah berdirinya Bank Indonesia, sejarah uang rupiah, dan fakta menarik dan unik dari rupiah itu sendiri," ujarnya.
Doni Septadijaya juga menjelaskan bahwa dalam museum tersebut juga, para pengunjung akan disajikan koleksi numismatika asli dan replika, mulai dari emas, uang VEIC Inggris, hingga ORI Soekarno Rp100.
"Ada juga uang DJB Seri Federal Rp1/2 Surat Obligasi atau SBN 1950, uang Gambar Wakatobi Rp10 ribu, uang pertama Bank Indonesia Rp25, hingga uang pertama Pemerintah Rp1," kata Doni Septadijaya.
Sedangkan koleksi non-numismatika, lanjut Doni Septadijaya, berupa buku Museum Bank Indonesia, yang mana buku tersebut menceritakan sejarah Gedung Museum Bank Indonesia serta makna dari setiap lekuk arsitekturnya.
"Dimulai sejak Gedung tersebut digunakan sebagai kantor De Javasche Bank 1828-1953, hingga difungsikan menjadi Museum Bank Indonesia," kata Doni Septadijaya.
Ia juga menambahkan bahwa selain itu, pihaknya juga menyediakan replika emas moneter seberat 13,5 kilogram, stan foto untuk masyarakat mengabadikan gambar bersama mini Museum Bank Indonesia.
Kepala KPw BI Sultra Doni Septadijaya saat ditemui di Kendari, Sabtu, mengatakan bahwa mini Museum Bank Indonesia tersebut dihadirkan untuk memberikan edukasi langsung kepada masyarakat di Kota Kendari agar lebih mengetahui dan memahami sejarah berdirinya Bank Indonesia.
Selain itu juga, dengan hadirnya mini Museum Bank Indonesia tersebut bisa menumbuhkan rasa cinta masyarakat terhadap uang rupiah.
"Museum Bank Indonesia ini ada di Jakarta di daerah kota. Kalau ke sana, masyarakat Sulawesi Tenggara akan susah aksesnya. Nah kita datangkan di sini supaya masyarakat Sulawesi Tenggara bisa mengakses berbagai informasi yang disediakan oleh Museum Bank Indonesia," kata Doni Septadijaya.
Dia menyebutkan bahwa Mini Museum Bank Indonesia itu juga memberikan lima panel pemateri kepada pengunjung, mulai dari muatan lokal yang memberi informasi tentang "Kampua" uang unik dari kain tenun yang menceritakan uang unik dan khas dari Buton, Provinsi Sultra.
"Di situ juga dijelaskan sejarah dan kebijakan BI Wall of Frame sejarah Bank Sentral Indonesia, sejarah berdirinya Bank Indonesia, sejarah uang rupiah, dan fakta menarik dan unik dari rupiah itu sendiri," ujarnya.
Doni Septadijaya juga menjelaskan bahwa dalam museum tersebut juga, para pengunjung akan disajikan koleksi numismatika asli dan replika, mulai dari emas, uang VEIC Inggris, hingga ORI Soekarno Rp100.
"Ada juga uang DJB Seri Federal Rp1/2 Surat Obligasi atau SBN 1950, uang Gambar Wakatobi Rp10 ribu, uang pertama Bank Indonesia Rp25, hingga uang pertama Pemerintah Rp1," kata Doni Septadijaya.
Sedangkan koleksi non-numismatika, lanjut Doni Septadijaya, berupa buku Museum Bank Indonesia, yang mana buku tersebut menceritakan sejarah Gedung Museum Bank Indonesia serta makna dari setiap lekuk arsitekturnya.
"Dimulai sejak Gedung tersebut digunakan sebagai kantor De Javasche Bank 1828-1953, hingga difungsikan menjadi Museum Bank Indonesia," kata Doni Septadijaya.
Ia juga menambahkan bahwa selain itu, pihaknya juga menyediakan replika emas moneter seberat 13,5 kilogram, stan foto untuk masyarakat mengabadikan gambar bersama mini Museum Bank Indonesia.