Laworo (ANTARA) - Hasil panen jagung kuning di sentra produksi Desa Marobea, Kecamatan Saweregadi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara menurun drastis akibat musim kemarau panjang atau el Nino. 

Kepala Desa Marobea, Muslimin Salim di Laworo, Rabu mengatakan  hasil panen selama musim kemarau turun dua ton per hektar  dibandingkan sebelumnya mencapai tiga ton per hektar. 

Pada musim kemarau lalu bahkan banyak masyarakat memilih tidak mengolah kebunnya.

"Normalnya dalam satu hektar itu bisa menghasilkan tiga ton. Tetapi pada musim kemarau hasil produksi berkurang menjadi dua ton per hektar, itupun sebagian saja masyarakat yang menanam," ujar Muslimin.

Sisi lain dari penurunan hasil panen jagung kuning adalah melonjaknya  harga penjualan menembus Rp9.000 per kilogram.

Muslimin menjelaskan kelangkaan jagung ini juga membuat harga jagung itu meningkat yang semula biasanya Rp3.500 - 5000 per kilogram.

"Hikmahnya adalah harga penjualan jagung kuning  meningkat hingga  Rp9000 per kilogram. Itu untuk harga sekarang ini," tandasnya.

Ia mengungkapkan produksi jagung kuning yang merosot ikut mempengaruhi pendapatan masyarakat petani.  
 
"Tentu penurunan  produksi jagung kuning pada musim kemarau panjang menyebabkan penghasilan petani menurun." katanya

Bahkan, lanjut Muslimin banyak petani menganggur karena tidak dapat mengolah lahan untuk pertanian jagung akibat kemarau.

Kemudian dari 367 kepala keluarga (KK) di Desa Marobea hanya sebanyak 200 yang menanam pada musim kemarau.

"Masyarakat petani jagung kuning di Desa Marobea tergabung dalam 11 kelompok tani dengan luas lahan produksi sebanyak 583 hektar," tambahnya.

Pewarta : Sarjono
Editor : M Sharif Santiago
Copyright © ANTARA 2024