Kendari (ANTARA) - Harga Tandan Buah segar (TBS) sawit di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) hingga saat ini masih bervariasi antara Rp1.700 per kilogram hingga mencapai lebih dari Rp2.000 per kilogram.

Adanya perbedaan harga TBS di pasaran tersebut, membuat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Sulawesi Tenggara, menduga ada pihak-pihak tertentu yang mencari keuntungan yang mengakibatkan kerugian bagi petani pekebun di beberapa sentra kelapa sawit di daerah ini.

Ketua Apkasindo Sultra , Fauzi Sadinar dalam pernyataan resmi di Kendari, Selasa mengatakan sangat aneh perbendaan harga TBS yang dilaporkan Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra setiap minggu dengan harga yang di lapangan.

"Kalau harga resmi yang dilaporkan Disbunhorti Sultra pada minggu pertama di bulan Agustus itu berkisar Rp1.650-1.700 per kilogram. Sementara harga di lapangan ditingkat perusahaan justru jauh lebih tinggi mencapai Rp2.000 per kilogram," ujarnya.

Fauzi menyebutkan, enam dari delapan perusahaan perkebunan sawit yang telah memproduksi dan memiliki pabrik CPO masig-masing berbeda harga riil pembelian TBS nya.

Disebutkan, PT Gunung Andalan Sukses (PT.GAS) di Kabupaten Bombana misalnya harga riil TBS hingga mencapai Rp2.200 per kilogram dan PT. Madinra Inti Sawit (PT.MIS) di Kolaka harga TBS Rp2.000 per kilogram. Begitu juga PT.Tani Prima Makmur (TPM) seharga Rp2.000 per kilogam.

Sementara di perusahaan PT.Damai Jaya Lestasri (PT DJL) di Kolaka dan Konawe Utara harga riil TBS seharga Rp1.880/kilogram dan PT Merbau Indharaya di Kabupaten Konawe Selatan Rp1.950 per kilogram.

Ia mengatakan, adanya perbedaan harga yang dilaporkan oleh Dinas Perkebunan dan Hortikultra Sultra dengan kenyataan di lapangan perlu mendapat perhatian tidak hanya dari kalangan Eksekutif dan Legislatif di provinsi Sultra tetapi juga dari pihak Asosiasi kelapa sawit.

Menurut Fauzi, dengan adanya penetapan harga TBS yang disepakati, akan membuat para petani sawit di Sulawesi Tenggara lebih bergairah dalam menghasilkan produksi sawit yang lebih besar seperti petani sawit di Sumatera dan Kalimantan.

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024