Kendari (ANTARA) - Sebanyak tiga perpustakaan kelurahan di Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara, didorong menjadi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang merupakan program dari Perpustakaan Nasional.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Baubau Asmahani di Baubau, Selasa, mengatakan saat ini pihak pengelola tiga perpustakaan kelurahan, yakni Palabusa, Lakologou, dan Waliabuku, didampingi Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Baubau di Jakarta untuk mengikuti kegiatan terkait dengan hal itu dan akan mendapat bantuan guna mendukung program perpustakaan berbasis inklusi sosial.
"Alhamdulillah dengan program berbasis inklusi sosial, Kota Baubau salah satu mewakili Sultra ke tingkat nasional. Memang tadinya kita meminta di pusat sebanyak lima kelurahan, tetapi yang terakomodir setelah mendapat surat kembali sisa tiga kelurahan," ujarnya didampingi Kabid Pengembangan Perpustakaan, Tegar Aryu Saputra.
Meski begitu, kata Asmahani yang juga mantan Kabag Kesra Setda Pemkot Baubau ini, ke depan pihaknya berupaya agar secara bertahap semua kelurahan masuk program tingkat nasional tersebut.
Menurutnya, selama ini perpustakaan kelurahan seperti mati suri, namun sekarang berkembang, antara lain karena adanya perhatian pusat dan akomodasi satu kelurahan senilai sekitar Rp100 juta yang sebagian dalam bentuk peralatan dan insentif pengelola perpustakaan.
"Jadi sebagian diberikan dalam bentuk fisik mungkin itu laptop, buku-buku dan printer, selebihnya mungkin ada insentif khusus buat pengelola perpustakaan kelurahan. Alhamdulillah, itulah yang kita syukuri dengan program yang luar biasa dari pusat ini sehingga bisa juga menyentuh sampai didaerah yakni Kota Baubau yang selama ini tidak perhatian seperti itu," ujarnya.
Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Baubau Tegar Aryu Saputra menambahkan adanya perpustakaan kelurahan yang mengikuti program inklusi sosial setelah pihaknya mendapat surat dari pusat yang meminta daerah setempat mengirimkan pengelola perpustakaan yang masih memenuhi syarat.
"Jadi salah satu syaratnya mereka masih aktif dan juga punya kegiatan-kegiatan yang masih jalan dalam hal peningkatan sumber daya masyarakatnya," ujarnya.
Ia mengatakan program perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat yakni mencerdaskan dan menyejahterakan warga.
"Jadi inklusi sosial sebenarnya secara simpelnya itu adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah setempat. Jadi bukan hanya sekadar perpustakaan yang hanya diketahui oleh masyarakat hanya menyediakan buku, tapi sekarang perpustakaan itu sudah bisa hadir di masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Baubau Asmahani di Baubau, Selasa, mengatakan saat ini pihak pengelola tiga perpustakaan kelurahan, yakni Palabusa, Lakologou, dan Waliabuku, didampingi Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Baubau di Jakarta untuk mengikuti kegiatan terkait dengan hal itu dan akan mendapat bantuan guna mendukung program perpustakaan berbasis inklusi sosial.
"Alhamdulillah dengan program berbasis inklusi sosial, Kota Baubau salah satu mewakili Sultra ke tingkat nasional. Memang tadinya kita meminta di pusat sebanyak lima kelurahan, tetapi yang terakomodir setelah mendapat surat kembali sisa tiga kelurahan," ujarnya didampingi Kabid Pengembangan Perpustakaan, Tegar Aryu Saputra.
Meski begitu, kata Asmahani yang juga mantan Kabag Kesra Setda Pemkot Baubau ini, ke depan pihaknya berupaya agar secara bertahap semua kelurahan masuk program tingkat nasional tersebut.
Menurutnya, selama ini perpustakaan kelurahan seperti mati suri, namun sekarang berkembang, antara lain karena adanya perhatian pusat dan akomodasi satu kelurahan senilai sekitar Rp100 juta yang sebagian dalam bentuk peralatan dan insentif pengelola perpustakaan.
"Jadi sebagian diberikan dalam bentuk fisik mungkin itu laptop, buku-buku dan printer, selebihnya mungkin ada insentif khusus buat pengelola perpustakaan kelurahan. Alhamdulillah, itulah yang kita syukuri dengan program yang luar biasa dari pusat ini sehingga bisa juga menyentuh sampai didaerah yakni Kota Baubau yang selama ini tidak perhatian seperti itu," ujarnya.
Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Baubau Tegar Aryu Saputra menambahkan adanya perpustakaan kelurahan yang mengikuti program inklusi sosial setelah pihaknya mendapat surat dari pusat yang meminta daerah setempat mengirimkan pengelola perpustakaan yang masih memenuhi syarat.
"Jadi salah satu syaratnya mereka masih aktif dan juga punya kegiatan-kegiatan yang masih jalan dalam hal peningkatan sumber daya masyarakatnya," ujarnya.
Ia mengatakan program perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan masyarakat yakni mencerdaskan dan menyejahterakan warga.
"Jadi inklusi sosial sebenarnya secara simpelnya itu adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ada di daerah setempat. Jadi bukan hanya sekadar perpustakaan yang hanya diketahui oleh masyarakat hanya menyediakan buku, tapi sekarang perpustakaan itu sudah bisa hadir di masyarakat untuk bersama-sama meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat," ujarnya.