Kendari (ANTARA) - Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) Kendari, Sulawesi Tenggara menyampaikan rencana pembangunan industri pabrik baterai di kawasan Kecamatan Abeli daerah itu, bakal menyerap puluhan 80 persen tenaga kerja lokal.
Kepala DPM-PTSP Kendari Maman Firman Syah saat jumpa pers di Kendari, Jumat mengatakan kehadiran industri pabrik baterai tersebut bakal menyerap tenaga kerja hingga puluhan ribu.
"Tenaga kerjanya tentu akan menyerap tenaga kerja lokal yang ada di Sultra. Komitmen kita akan memprioritaskan 80 persen tenaga kerja lokal dari seluruh jumlah tenaga kerja yang akan diserap,” katanya.
Dia menyebut, telah dilakukan perjanjian kerja sama antara PT Kendari Kawasan Industri Terpadu bersama PT China Construction Yangtze River Indonesia pada 14 April 2022 dalam mendukung rencana pembangunan industri tersebut. Saat ini tengah dalam tahap pengurusan perizinan yang ditarget tahun dapat mulai pembangunan.
Industri tersebut akan mengolah nikel dari kawasan pertambangan di Morosi, Kabupaten Konawe sehingga bisa menjadi baterai yang merupakan sumber energi mobil atau motor listrik.
"Pabrik ini nantinya akan lebih ramah lingkungan, cuma pabrik hilirisasi, jadi hilirisasi nikel di kawasan Morosi nanti dibawa di sini, kemudian diolah sehingga bisa menjadi baterai nantinya," ujar dia.
Maman menyampaikan rencana pembangunan pabrik industri baterai yang akan dibangun di lahan seluas 1.700 hektare. Meski begitu, di tahap awal baru 400 hektar kawasan yang akan dikelola, khususnya pembangunan pabrik kimia pengolahan nikel.
Dia menyebut, industri pabrik baterai tersebut akan memberikan nilai investasi sebesar 1 miliar dollar AS atau mencapai Rp1,4 triliun. Dia menyebut nilai tersebut akan membantu mencapai target investasi tahun ini.
“Hadirnya ini apabila betul-betul maju dan jalan, ini akan menjadi investasi terbesar hadir di Kota Kendari dan akan memenuhi target investasi kita sekitar Rp1,2 triliun,” ujar dia.
Selain itu, Maman menyebutkan bahwa kehadiran investasi tersebut juga memberikan dampak positif dari sisi pendapatan asli daerah (PAD) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Tenggara yang diestimasi bisa mencapai Rp2,4 triliun.
Meski begitu, dia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mengecilkan perusahaan-perusahaan lain jika ingin masuk berinvestasi atau menanam saham di daerah itu demi membangun perekonomian daerah hingga nasional.
“Tentu hadirnya ini akan menyelesaikan target investasi kita tahun ini, tapi tidak mengerdilkan investasi-investasi yang lain," kata Maman.
Ia mengatakan, pemerintah kota akan membantu memediasi kepada masyarakat terkait pembebasan lahan agar rencana pembangunan industri yang di gadang menjadi proyek kawasan strategis nasional itu berjalan lancar sehingga mempercepat penyerapan tenaga kerja jika telah selesai dibangun.
Selain itu, pihaknya juga telah berkoordinasi ke dua kementerian yakni Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) dalam rangka memuluskan hadirnya investasi ini di Kota Kendari.
Kepala DPM-PTSP Kendari Maman Firman Syah saat jumpa pers di Kendari, Jumat mengatakan kehadiran industri pabrik baterai tersebut bakal menyerap tenaga kerja hingga puluhan ribu.
"Tenaga kerjanya tentu akan menyerap tenaga kerja lokal yang ada di Sultra. Komitmen kita akan memprioritaskan 80 persen tenaga kerja lokal dari seluruh jumlah tenaga kerja yang akan diserap,” katanya.
Dia menyebut, telah dilakukan perjanjian kerja sama antara PT Kendari Kawasan Industri Terpadu bersama PT China Construction Yangtze River Indonesia pada 14 April 2022 dalam mendukung rencana pembangunan industri tersebut. Saat ini tengah dalam tahap pengurusan perizinan yang ditarget tahun dapat mulai pembangunan.
Industri tersebut akan mengolah nikel dari kawasan pertambangan di Morosi, Kabupaten Konawe sehingga bisa menjadi baterai yang merupakan sumber energi mobil atau motor listrik.
"Pabrik ini nantinya akan lebih ramah lingkungan, cuma pabrik hilirisasi, jadi hilirisasi nikel di kawasan Morosi nanti dibawa di sini, kemudian diolah sehingga bisa menjadi baterai nantinya," ujar dia.
Maman menyampaikan rencana pembangunan pabrik industri baterai yang akan dibangun di lahan seluas 1.700 hektare. Meski begitu, di tahap awal baru 400 hektar kawasan yang akan dikelola, khususnya pembangunan pabrik kimia pengolahan nikel.
Dia menyebut, industri pabrik baterai tersebut akan memberikan nilai investasi sebesar 1 miliar dollar AS atau mencapai Rp1,4 triliun. Dia menyebut nilai tersebut akan membantu mencapai target investasi tahun ini.
“Hadirnya ini apabila betul-betul maju dan jalan, ini akan menjadi investasi terbesar hadir di Kota Kendari dan akan memenuhi target investasi kita sekitar Rp1,2 triliun,” ujar dia.
Selain itu, Maman menyebutkan bahwa kehadiran investasi tersebut juga memberikan dampak positif dari sisi pendapatan asli daerah (PAD) maupun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Tenggara yang diestimasi bisa mencapai Rp2,4 triliun.
Meski begitu, dia menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mengecilkan perusahaan-perusahaan lain jika ingin masuk berinvestasi atau menanam saham di daerah itu demi membangun perekonomian daerah hingga nasional.
“Tentu hadirnya ini akan menyelesaikan target investasi kita tahun ini, tapi tidak mengerdilkan investasi-investasi yang lain," kata Maman.
Ia mengatakan, pemerintah kota akan membantu memediasi kepada masyarakat terkait pembebasan lahan agar rencana pembangunan industri yang di gadang menjadi proyek kawasan strategis nasional itu berjalan lancar sehingga mempercepat penyerapan tenaga kerja jika telah selesai dibangun.
Selain itu, pihaknya juga telah berkoordinasi ke dua kementerian yakni Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) dalam rangka memuluskan hadirnya investasi ini di Kota Kendari.