Makassar (ANTARA) - PT PLN (Persero) mencatat cadangan daya sistem kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) sebesar 503,26 megawatt (MW) dengan daya mampu sebesar 2.500 MW.
Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara (Sulmapana) Adi Priyanto melalui keterangannya yang diterima, di Makassar, Senin, mengatakan daya kelistrikan yang melimpah ini didukung oleh beberapa pembangkit listrik EBT (energi baru terbarukan) yang tersebar di Sulbagsel.
"Belum lama ini, telah diresmikan dan dioperasikan dua PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) terbaru yakni PLTA Malea bersama PLTA Poso. Tentu, cadangan energi kita semakin berlimpah dengan kehadiran dua PLTA tersebut," ujar Adi.
Dengan kehadiran dua pembangkit listrik EBT tersebut, akan membuat cadangan daya sistem Sulbagsel sebesar 591,5 MW, dengan beban puncak sistem kelistrikan sebesar 1.517,6 MW dan daya mampu sebesar 2.109,1 MW.
"PLN sebagai perusahaan yang bergerak di sektor kelistrikan siap untuk memenuhi kebutuhan energi listrik guna mendukung perekonomian di Indonesia," ujarnya pula.
Sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN akan menambah kapasitas pembangkit sebesar 3.698 MW.
Selanjutnya, untuk menyalurkan daya listrik tersebut juga akan dibangun 7.052 kms Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan 4.702 MVA Gardu Induk yang tersebar di seluruh Sulawesi.
Executive Director Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengemukakan bahwa bauran energi bersih (ramah lingkungan) di Sulawesi Selatan telah mencapai 30 persen dari seluruh daya yang terpasang.
"Itu seiring dengan pembangunan pembangkit-pembangkit berbasis EBT seperti tenaga bayu (angin), air hingga surya yang tersebar di Sulsel," ujarnya.
Pada 2022 ini, Fabby berujar bahwa pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan harus berusaha keras meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan mendorong efisiensi energi di bangunan dan industri.
Pada 2025, pemerintah harus mencapai target 23 persen bauran energi terbarukan dan kemudian harus mengejar emisi sektor energi mencapai puncaknya sebelum 2030.
Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara (Sulmapana) Adi Priyanto melalui keterangannya yang diterima, di Makassar, Senin, mengatakan daya kelistrikan yang melimpah ini didukung oleh beberapa pembangkit listrik EBT (energi baru terbarukan) yang tersebar di Sulbagsel.
"Belum lama ini, telah diresmikan dan dioperasikan dua PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) terbaru yakni PLTA Malea bersama PLTA Poso. Tentu, cadangan energi kita semakin berlimpah dengan kehadiran dua PLTA tersebut," ujar Adi.
Dengan kehadiran dua pembangkit listrik EBT tersebut, akan membuat cadangan daya sistem Sulbagsel sebesar 591,5 MW, dengan beban puncak sistem kelistrikan sebesar 1.517,6 MW dan daya mampu sebesar 2.109,1 MW.
"PLN sebagai perusahaan yang bergerak di sektor kelistrikan siap untuk memenuhi kebutuhan energi listrik guna mendukung perekonomian di Indonesia," ujarnya pula.
Sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, PLN akan menambah kapasitas pembangkit sebesar 3.698 MW.
Selanjutnya, untuk menyalurkan daya listrik tersebut juga akan dibangun 7.052 kms Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dengan 4.702 MVA Gardu Induk yang tersebar di seluruh Sulawesi.
Executive Director Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengemukakan bahwa bauran energi bersih (ramah lingkungan) di Sulawesi Selatan telah mencapai 30 persen dari seluruh daya yang terpasang.
"Itu seiring dengan pembangunan pembangkit-pembangkit berbasis EBT seperti tenaga bayu (angin), air hingga surya yang tersebar di Sulsel," ujarnya.
Pada 2022 ini, Fabby berujar bahwa pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan harus berusaha keras meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan dan mendorong efisiensi energi di bangunan dan industri.
Pada 2025, pemerintah harus mencapai target 23 persen bauran energi terbarukan dan kemudian harus mengejar emisi sektor energi mencapai puncaknya sebelum 2030.