Kendari (ANTARA) - Harga penjualan ikan kering di pasar tradisional di Kendari, Sulawesi Tenggara melonjak karena kurangnya pasokan dari sentra-sentra tangkapan.
Pedagang ikan kering di Mall Basah Mandonga Hamsa (52) di Kendari, Senin, mengatakan pasokan ikan kering empat bulan terakhir menurun.
"Pasokan ikan kering berbagai jenis dan ukuran turun sehingga harga pun melonjak dan mempengaruhi penjualan," kata Hamsa.
Harga ikan kering Sunu ukuran kecil seharga Rp80 ribu/Kg dari sebelumnya Rp60 ribu/Kg , ikan sunu ukuran sedang Rp120 ribu/Kg, ikan putih ukuran kecil seharga Rp40 ribu/Kg naik Rp70 ribu/Kg.
Ikan teri halus Rp130 ribu/Kg dari sebelumnya Rp90 ribu/Kg dan cumi cumi kering seharga Rp120 ribu/Kg sebelumnya Rp80 ribu/Kg.
Pasokan ikan kering di pasar-pasar penampung juga disebabkan tangkapan nelayan di daerah-daerah mengalami penurunan.
Cuaca di wilayah tangkapan dipengaruhi cuaca buruk angin kencang, ombak tinggi, arus air laut tidak menentu sehingga nelayan waspada melaut.
Sekitar empat bulan intensitas curah hujan tinggi. Belum lagi kewaspadaan terhadap penyakit mewabah, yakni demam, batuk dan demam tulang.
"Kondisi sekarang ini serba waspada. Mencari di laut di bayang-bayangi angin kencang dan gelombang tinggi. Cuaca tidak menentu sehingga rasanya serba sulit," kata H. Bolong pemilik kapal penangkap ikan.
Pedagang ikan kering di Mall Basah Mandonga Hamsa (52) di Kendari, Senin, mengatakan pasokan ikan kering empat bulan terakhir menurun.
"Pasokan ikan kering berbagai jenis dan ukuran turun sehingga harga pun melonjak dan mempengaruhi penjualan," kata Hamsa.
Harga ikan kering Sunu ukuran kecil seharga Rp80 ribu/Kg dari sebelumnya Rp60 ribu/Kg , ikan sunu ukuran sedang Rp120 ribu/Kg, ikan putih ukuran kecil seharga Rp40 ribu/Kg naik Rp70 ribu/Kg.
Ikan teri halus Rp130 ribu/Kg dari sebelumnya Rp90 ribu/Kg dan cumi cumi kering seharga Rp120 ribu/Kg sebelumnya Rp80 ribu/Kg.
Pasokan ikan kering di pasar-pasar penampung juga disebabkan tangkapan nelayan di daerah-daerah mengalami penurunan.
Cuaca di wilayah tangkapan dipengaruhi cuaca buruk angin kencang, ombak tinggi, arus air laut tidak menentu sehingga nelayan waspada melaut.
Sekitar empat bulan intensitas curah hujan tinggi. Belum lagi kewaspadaan terhadap penyakit mewabah, yakni demam, batuk dan demam tulang.
"Kondisi sekarang ini serba waspada. Mencari di laut di bayang-bayangi angin kencang dan gelombang tinggi. Cuaca tidak menentu sehingga rasanya serba sulit," kata H. Bolong pemilik kapal penangkap ikan.