Kendari (ANTARA) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Ruslan RZ menyebutkan hasil tangkapan ikan nelayan melimpah dan tercatat masuk ke daerah itu rata-rata mencapai sekitar 10 ton/bulan.

"Jadi 10 ton yang kita hitung itu sudah dengan ikan dari luar Baubau seperti dari Lasalimu dan Pasarwajo (Kabupaten Buton) serta Batauga dan Lapandewa (Buton Selatan)," katanya di Baubau, Kamis.

Menurutnya, dengan jumlah tangkapan itu menjadi kondisi stok ikan surplus untuk kebutuhan masyarakat karena konsumsi lokal di daerah itu diperkirakan mencapai 6 ton/bulan. 

"Artinya ada surplus 4 ton. Ini yang terkadang dilempar keluar daerah untuk dijual oleh para pengusaha walaupun misalnya disini (Baubau) kurang ikan, karena tergiur dengan harga mahal. Tapi kita tidak bisa salahkan karena namanya pengusaha tentu mencari provit (keuntungan)," katanya.

Oleh karena itu, kata Ruslan, menjadi pemikiran pihaknya untuk bagaimana melakukan upaya sehingga ketika ikan melimpah atau terjadi surplus ikan dapat disimpan sebagai cadangan ke depan bila harga ikan naik.

"Makanya kita mencoba mencari upaya apakah dengan membentuk koperasi untuk bermitra dengan perikanan sehingga ketika ikan melimpah dapat ditampung untuk menstabilkan harga," katanya.




  Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, Ruslan RZ, Kamis (29/7/2021). (ANTARA/Yusran)




Dalam upaya tersebut, kata dia, pihaknya akan mencoba mengambil konsep yang dipakai pertanian sebagaimana melindungi para petani agar gabahnya jangan diambil oleh spekulan-spekulan.

"Jadi begitu konsep yang saya rencana mau adopsi sebenarnya. Kita banyak berupaya bagaimana menstabilkan harga ikan ketika terjadi kenaikan, karena memang yang memicu inflasi kontribusi besar dari sektor perikanan," imbuhnya.

Mantan Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Baubau ini menyebutkan, jenis ikan hasil tangkapan nelayan yang mencapai 10 ton setiap bulannya bervariasi di antaranya jenis ikan layang, tongkol, cakalang dan ikan ekor kuning.

Menurut dia, tangkapan ikan nelayan tidak berpengaruh akan kondisi pandemi COVID-19 saat ini, tetapi menurunnya hasil tangkapan nelayan disebabkan musim atau cuaca tidak bersahabat. Apalagi, rata-rata ketika cuaca buruk nelayan tidak akan melaut.

"Jadi orang melaut itu karena musim, kalau musim teduh pasokan ikan akan banyak. Jadi tidak tergantung kondisi pandemi COVID-19," kata Ruslan.

Pewarta : Muhammad Harianto/Yusran
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024