Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan program vaksinasi COVID-19 dan stimulus ekonomi telah mampu menumbuhkan optimisme pemulihan global pada semester I-2021.
Kondisi ini terlihat dari berbagai lembaga internasional yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini yaitu Bank Dunia dari 4 persen menjadi 5,6 persen serta OECD dari 5,6 persen menjadi 5,8 persen.
“Bank Dunia dan OECD merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global meningkat. Itu didasarkan pada kondisi vaksinasi yang sudah cukup meluas dan stimulus perekonomian terutama di negara maju,” katanya dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta, Rabu.
Di sisi lain, ia menuturkan program vaksinasi ini belum terlaksana secara merata di seluruh negara sehingga menjadi salah satu topik yang dibahas dalam G20.
“Pemulihan ekonomi yang cepat namun tidak merata karena ada faktor akses vaksinasi dan kemampuan untuk memberikan stimulus ekonomi yang berbeda-beda antarnegara,” katanya.
Pemulihan ekonomi global semester I juga ditunjukkan melalui pasar keuangan yang telah stabil setelah volatilitas sempat meningkat dari kuartal I akibat melonjaknya kasus COVID-19.
Volatilitas turut meningkat karena ada sentimen dan respons pasar terhadap proyeksi kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) terkait inflasi yang meningkat di Amerika Serikat.
Selain itu, perdagangan global juga semakin meningkat yaitu terlihat dari indikator ekonomi seperti kinerja manufaktur di berbagai negara yang menunjukkan pemulihan di level positif.
Kemudian, harga-harga komoditas yang terus mengalami peningkatan didukung pemulihan produksi dan permintaan di berbagai negara turut menjadi indikator pemulihan ekonomi global pada semester I-2021.
“Jadi tanda-tanda pemulihan ekonomi terlihat pada semester I secara global,” ujarnya.
Kondisi ini terlihat dari berbagai lembaga internasional yang menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini yaitu Bank Dunia dari 4 persen menjadi 5,6 persen serta OECD dari 5,6 persen menjadi 5,8 persen.
“Bank Dunia dan OECD merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global meningkat. Itu didasarkan pada kondisi vaksinasi yang sudah cukup meluas dan stimulus perekonomian terutama di negara maju,” katanya dalam konferensi pers APBN KiTA di Jakarta, Rabu.
Di sisi lain, ia menuturkan program vaksinasi ini belum terlaksana secara merata di seluruh negara sehingga menjadi salah satu topik yang dibahas dalam G20.
“Pemulihan ekonomi yang cepat namun tidak merata karena ada faktor akses vaksinasi dan kemampuan untuk memberikan stimulus ekonomi yang berbeda-beda antarnegara,” katanya.
Pemulihan ekonomi global semester I juga ditunjukkan melalui pasar keuangan yang telah stabil setelah volatilitas sempat meningkat dari kuartal I akibat melonjaknya kasus COVID-19.
Volatilitas turut meningkat karena ada sentimen dan respons pasar terhadap proyeksi kebijakan Bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) terkait inflasi yang meningkat di Amerika Serikat.
Selain itu, perdagangan global juga semakin meningkat yaitu terlihat dari indikator ekonomi seperti kinerja manufaktur di berbagai negara yang menunjukkan pemulihan di level positif.
Kemudian, harga-harga komoditas yang terus mengalami peningkatan didukung pemulihan produksi dan permintaan di berbagai negara turut menjadi indikator pemulihan ekonomi global pada semester I-2021.
“Jadi tanda-tanda pemulihan ekonomi terlihat pada semester I secara global,” ujarnya.