Kendari (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) mendorong sistem pertanian terintegrasi di Kabupaten Kolaka Timur sebagai upaya peningkatan perekonomian daerah yang lebih tinggi dan berkualitas pada periode mendatang

Kepala KPwBI Sultra Bimo Epyanto mengatakan pihaknya mendorong pengembangan sektor pertanian di Koltim bekerjasama dengan pemda setempat dan pemangku kepentingan lainnya melaksanakan program klaster padi sawah organik khususnya di Desa Mokupa, Mandoke dan Onemanu sejak tahun 2020 hingga 2023 mendatang.

"Pengembangan klaster tersebut bertujuan untuk mendorong percepatan peningkatan produksi, pengolahan pasca panen, dan perluasan akses pasar serta pemanfaatan teknologi," kata Bimo saat bincang bersama awak media di Kendari, Rabu.

Dijelaskannya, pengembangan klaster padi sawah organik di lokasi tersebut dilakukan melalui pengembangan demplot pertanian terintegrasi padi sawah dan peternakan sapi secara terukur dengan sistem digital (integrated digital eco farming).

"Integrated digital eco farming merupakan sistem pertanian terintegrasi dengan peternakan melalui pemanfaatan limbah ternak untuk kebutuhan pembuatan pupuk dengan teknologi MA-11 dan pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak," jelas dia.

Selain itu, penggunaan teknologi digital guna mempermudah petani untuk menentukan masa panen, perkiraan cuaca, kondisi tanah dan faktor pendukung produksi lainnya sehingga dapat mengoptimalkan hasil produksi dengan cara mempermudah rantai proses produksi.

Disamping bantuan teknis penguatan kelembagaan dan SDM, upaya Bank Indonesia untuk mendorong pengembangan padi sawah juga dilakukan melalui pemberian Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa peralatan digital farming dan peralatan produksi pertanian kepada salah satu koperasi tani di Desa Mokupa.


  BI Sulawesi Tenggara saat menggelar bincang bareng awak media di Kendari, Rabu (2/6/2021). (ANTARA/Harianto)




Dikatakan Bimo, di tahun ini pihaknya juga berencana melakukan pembangunan gudang dan lantai penjemuran untuk mempercepat ekosistem pengembangan padi sawah di Kolaka Timur, sekaligus sebagai bentuk wujud nyata dedikasi Bank Indonesia untuk negeri.

"Demplot padi sawah di lokasi tersebut memiliki produktivitas sebesar 7,1 ton/hektare, lebih tinggi dibandingkan produktivitas padi organik pada umumnya yang hanya sebesar 3-4 ton/hektare," ujar dia.

Penerapan integrated digital eco farming pada demplot tersebut juga berhasil menurunkan biaya produksi dari Rp5-8 juta/hektaren menjadi Rp3,5 juta/hektare dengan berhasil memanfaatkan 3 ekor sapi untuk kebutuhan 1 hektare sawah.

"Selain itu, sistem integrated digital eco farming juga mendukung desa mandiri pupuk yang dapat menjadi solusi bagi masalah kelangkaan pupuk yang terkadang dialami oleh petani," kata dia menambahkan.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024