Kendari (ANTARA) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat komoditas ikan menjadi pemicu terjadinya inflasi tertinggi di provinsi tersebut selama lima periode Ramadhan dan Idul Fitri sejak 2016-2020.

"Kelompok bahan makanan khususnya komoditas ikan segar (ikan cakalang, ikan kembung) dan komoditas sayur-sayuran (kangkung, tomat) selalu menjadi kelompok penyumbang inflasi terbesar dalam 5 tahun terakhir di Sulawesi Tenggara pada periode Ramadhan dan Idul Fitri," kata Kepala KPwBI Sultra Bimo Epyanto di Kendari, Sabtu.

Dikatakannya, berdasarkan pengamatan pihaknya kondisi tersebut terjadi akibat komoditas ikan rata-rata cenderung mengalami kenaikan harga pada awal tahun dan akan mengalami penurunan harga pada pertengahan tahun.

Selain itu, periode Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini bertepatan dengan siklus rendahnya produksi ikan segar akibat pengaruh angin musim, disamping adanya pola penurunan aktivitas nelayan pada periode Ramadhan dan Idul Fitri.

Oleh karena itu, menurutnya, hal ini perlu diantisipasi lebih dini oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik provinsi maupun yang ada di kabupaten/kota agar tidak menimbulkan kenaikan inflasi.

Apalagi hasil survei pihaknya maupun terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) beberapa komoditas bahan pokok misalnya ikan kemudian sayur-sayuran dalam hal ini cabe, sudah menunjukkan kenaikan harga di beberapa pasar Kota Kendari seperti di kota-kota lainnya.

"Hubungan komoditas harga ikan dengan inflasi itu korelasinya sangat tinggi rata-rata 76 persen. Ini menjadi hal yang perlu diperhatikan perlu diantisipasi agar minggu-minggu mendatang bulan depan kenaikan harganya tidak terjadi terus-menerus di luar kendali," ujar dia.

Selain itu, ia berharap adanya kerjasama antara Kota Kendari dan Kota Baubau diharapkan dapat menurunkan tekanan inflasi ikan pada periode mendatang di Sulawesi Tenggara.

Termasuk adanya peran pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat agar selalu mengimbau kepada masyarakat tidak membeli secara berlebihan dan tidak menumpuk bahan makanan di rumah.

"Termasuk mengimbau penjual agar menjual dengan harga yang wajar, tidak menimbun barang dagangan," pungkas Bimo.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia juga mencatat pada Maret 2021 Sultra mengalami inflasi sebesar 0,07 persen (mtm) lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,03 persen (mtm). 

Hal tersebut dipicu oleh kenaikan sayuran dan bumbuan sering curah hujan yang relatif tinggi. Dengan capaian bulan tersebut capaian inflasi tahunan Sulawesi Tenggara masih tetap terjaga dan terkendali sebesar 1,87 persen (yoy).
 

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024