Kendari (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar sosialisasi program pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga bersama Mitra di Kabupaten Bombana.
Kegiatan yang diikuti 180 siswa SMP dan SMA sederajat tersebut dibuka langsung oleh Bupati Bombana, H Tafdil, dihadiri Inspektur Utama BKKBN RI, Ari Dwikora Tono, Inspektur Wilayah II, Endang Agus Sapri, MM, Kepala BKKBN Sultra, Asmar, Ketua TP PKK Bombana, Andi Nirwana yang sekaligus anggota DPD RI Dapil Sultra, para pejabat lingkup BKKBN Sultra, Forkopimda Bombana dan OPD terkait di Rumbia, Kamis.
"Kegiatan BKKBN atau pengendalian penduduk menjadi perhatian utama saya, sehingga setiap kegiatan yang bertemakan masalah pengendalian penduduk saya selalu hadiri," kata Bupati Bombana, H Tafdil saat memberikan sambutan kegiatan tersebut.
Bupati Tafdil mengatakan, perkembangan dunia yang kian mengglobal menjadikan perubahan-perubahan besar terhadap perilaku remaja, namun perubahan tersebut lebih cenderung mengarah pada kegiatan negatif dibanding positifnya.
"Permasalahan remaja yang timbul pada umumnya berkaitan dengan masalah seksualitas, AIDS, penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (Napza). Remaja dalam kondisi ini tentunya membutuhkan penanganan serta informasi seluas-luasnya mengenai kesehatan reproduksi, pentingnya menata masa depan dengan baik, dengan meninggalkan prilaku yang tidak bermanfaat dan merusak masa depan," tutur bupati.
Dalam rangka merespon permasalahan tersebut kata bupati, pemerintah melalui BKKBN telah mengembangkan program generasi berencana (Genre) dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang pendewasaan usia perkawinan.
"Sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi," katanya.
Sementara itu, Inspektur utama BKKBN RI, Ari Dwikora Tono, mengatakan BKKBN sebagai sahabat keluarga Indonesia, mengambil peran dalam mendampingi dan membantu keluarga Indonesia menghadapi pandemi ini.
"Dengan mengoptimalkan peran Pengelola Program Bangga Kencana yaitu Penyuluh KB, petugas lapangan dan kader Kelompok kegiatan, juga Mobil Unit Penerangan (MUPEN), untuk terus siaga," katanya.
Menurut dia, fakta menunjukkan sebagian remaja kini dihadapkan pada situasi yang sangat memprihatinkan seperti seks pranikah, narkoba, dan lainnya. Selain itu juga tingkat pemikahan dini masih tergolong tinggi.
"Pemikahan dini atau pernikahan usia masih dibawah usia ideal menikah yaitu Pria 25 Tahun dan wanita 20 tahun. Jika menikah di usia di bawah usia menikah ideal itu menempatkan remaja putri dalam resiko tinggi terhadap kehamilan dini dan kehamilan tidak diinginkan, dengan konsekuensi ancaman kehidupan," katanya.
Bila tren ini terus berlanjut kata dia, 142 juta remaja putri akan melakukan pernikahan sebelum mereka berusia 18 tahun sebelum 2020. Hal ini berarti 14,2 juta remaja putri melakukan pernikahan setiap tahun atau 39 ribu setiap hari ada resiko yang terjadi yaitu risiko kematian bayi, dan kalaupun selamat pasti mempunyai anak akan banyak karena usia melahirkan sangat panjang.
Dalam kesempatan itu, dilakukan pula dialog antara para siswa dengan Bupati Bombana bersama Inspektur Utama BKKBN. Para siswa memanfaatkan moment itu untuk mempertanyakan berbagai hal terkait remaja.
Sebelumnya, para generasi berencana juga telah menampilkan berbagai kreativitas mulai dengan tarian dan drama yang bertemakan memberikan kesempatan kepada remaja merencanakan masa depannya. Rangkaian kegiatan ini dilakukan pula pelayanan KB kepada warga setempat.
Kegiatan yang diikuti 180 siswa SMP dan SMA sederajat tersebut dibuka langsung oleh Bupati Bombana, H Tafdil, dihadiri Inspektur Utama BKKBN RI, Ari Dwikora Tono, Inspektur Wilayah II, Endang Agus Sapri, MM, Kepala BKKBN Sultra, Asmar, Ketua TP PKK Bombana, Andi Nirwana yang sekaligus anggota DPD RI Dapil Sultra, para pejabat lingkup BKKBN Sultra, Forkopimda Bombana dan OPD terkait di Rumbia, Kamis.
"Kegiatan BKKBN atau pengendalian penduduk menjadi perhatian utama saya, sehingga setiap kegiatan yang bertemakan masalah pengendalian penduduk saya selalu hadiri," kata Bupati Bombana, H Tafdil saat memberikan sambutan kegiatan tersebut.
Bupati Tafdil mengatakan, perkembangan dunia yang kian mengglobal menjadikan perubahan-perubahan besar terhadap perilaku remaja, namun perubahan tersebut lebih cenderung mengarah pada kegiatan negatif dibanding positifnya.
"Permasalahan remaja yang timbul pada umumnya berkaitan dengan masalah seksualitas, AIDS, penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif (Napza). Remaja dalam kondisi ini tentunya membutuhkan penanganan serta informasi seluas-luasnya mengenai kesehatan reproduksi, pentingnya menata masa depan dengan baik, dengan meninggalkan prilaku yang tidak bermanfaat dan merusak masa depan," tutur bupati.
Dalam rangka merespon permasalahan tersebut kata bupati, pemerintah melalui BKKBN telah mengembangkan program generasi berencana (Genre) dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja melalui pemahaman tentang pendewasaan usia perkawinan.
"Sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai dengan siklus kesehatan reproduksi," katanya.
Sementara itu, Inspektur utama BKKBN RI, Ari Dwikora Tono, mengatakan BKKBN sebagai sahabat keluarga Indonesia, mengambil peran dalam mendampingi dan membantu keluarga Indonesia menghadapi pandemi ini.
"Dengan mengoptimalkan peran Pengelola Program Bangga Kencana yaitu Penyuluh KB, petugas lapangan dan kader Kelompok kegiatan, juga Mobil Unit Penerangan (MUPEN), untuk terus siaga," katanya.
Menurut dia, fakta menunjukkan sebagian remaja kini dihadapkan pada situasi yang sangat memprihatinkan seperti seks pranikah, narkoba, dan lainnya. Selain itu juga tingkat pemikahan dini masih tergolong tinggi.
"Pemikahan dini atau pernikahan usia masih dibawah usia ideal menikah yaitu Pria 25 Tahun dan wanita 20 tahun. Jika menikah di usia di bawah usia menikah ideal itu menempatkan remaja putri dalam resiko tinggi terhadap kehamilan dini dan kehamilan tidak diinginkan, dengan konsekuensi ancaman kehidupan," katanya.
Bila tren ini terus berlanjut kata dia, 142 juta remaja putri akan melakukan pernikahan sebelum mereka berusia 18 tahun sebelum 2020. Hal ini berarti 14,2 juta remaja putri melakukan pernikahan setiap tahun atau 39 ribu setiap hari ada resiko yang terjadi yaitu risiko kematian bayi, dan kalaupun selamat pasti mempunyai anak akan banyak karena usia melahirkan sangat panjang.
Dalam kesempatan itu, dilakukan pula dialog antara para siswa dengan Bupati Bombana bersama Inspektur Utama BKKBN. Para siswa memanfaatkan moment itu untuk mempertanyakan berbagai hal terkait remaja.
Sebelumnya, para generasi berencana juga telah menampilkan berbagai kreativitas mulai dengan tarian dan drama yang bertemakan memberikan kesempatan kepada remaja merencanakan masa depannya. Rangkaian kegiatan ini dilakukan pula pelayanan KB kepada warga setempat.