Kolaka Timur (ANTARA) - Kegiatan pembelajaran secara tatap muka yang dilakukan di SMAN 1 Tirawuta, Kecamatan Tirawuta, Kabupaten Kolaka Timur, Provinsi Sulawesi Tenggara hanya selama 30 menit per mata pelajaran di tengah pandemi COVID-19.

Kepala SMAN 1 Tirawuta Sri Asni di Kolaka Timur, Kamis, mengatakan model pembelajaran tatap muka di tengah pandemi, dengan menghadirkan 50 persen dari total  jumlah siswa setiap kelas dan dibagi menjadi dua sif setiap pembelajaran dalam satu minggu.

"Proses pembelajaran (tatap muka, red.) dilakukan selama satu minggu di mana satu minggu dilaksanakan oleh sif satu dan minggu berikutnya dilaksanakan sif kedua, dan cuma selama 30 menit," kata dia.

Selain melakukan pembelajaran tatap muka 30 menit, Asni telah mengeluarkan surat keputusan di mana setiap guru hanya boleh memberikan soal tugas paling banyak dua nomor sehingga tidak membebani siswa secara psikologis.

"Sebelum melakukan proses pembelajaran 50 persen, saya sudah membuat SK. Tidak boleh membebani tiap mata pelajaran ulangan. Kalau perlu misalnya kalau ulangan itu satu saja soal, satu sampai dua soal saja apalagi perhitungan ekonomi, matematika, fisika, dan kimia," ujar dia.

Pihaknya secara ketat menerapkan protokol kesehatan. Setiap depan ruang kelas disediakan tempat mencuci tangan, sedangkan sebelum proses belajar mengajar tatap muka yang dilaksanakan sekolah dengan siswa mencapai 600 lebih anak itu, terlebih dahulu pihaknya mendapat persetujuan dari orang tua melalui rapat komite sekolah.

"Kami mulai masuk sejak ajaran baru Juli 2020, karena sudah ada surat edaran dari Menteri Pendidikan (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, red.) yang sesuai zona hijau boleh dengan catatan melakukan proses pembelajaran 50 persen dengan catatan yang tadinya jumlah pembelajaran satu jam dikurangi menjadi 30 menit per mata pelajaran," ujarnya. Kepala SMAN 1 Tirawuta Sri Asni (depan kanan) saat memantau proses belajar mengajar di tengah pandemi COVID-19. (ANTARA/Harianto)


Zulhijah Saeri, siswi kelas XI sekolah itu, mengatakan sempat takut  mengikuti proses belajar tatap muka, namun karena sekolahnya ketat dalam menerapkan protokol kesehatan, perasaan itu menjadi hilang.

"Saya sebenarnya takut akan hal ini. Tetapi, karena kawasan di sekolah saya telah zona hijau dan ketika masuk pada lingkungan sekolah juga menerapkan protokol kesehatan, sebelum masuk area sekolah harus menggunakan masker, cek suhu badan, menggunakan 'hand sanitizer' (penyanitasi tangan) dan menjaga jarak satu sama lain, maka insyaallah dapat mencegah penyebaran virus COVID-19," kata dia.

Namun, ia mengaku sedikit kesulitan tentang tugas-tugas sekolah yang diberikan selama masa pandemi COVID-19 karena lumayan banyak, ditambah pertemuan hanya 30 menit sehingga tidak mengoptimalkan siswa dalam memahami mata pelajaran yang disampaikan.

"Tugas yang di berikan pada saat pandemi ini semakin banyak dan kami kesulitan dikarenakan melalui daring dan belum tentu ilmu yang kami dapat bisa kami pahami sepenuhnya," ujarnya.
   

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024