Kendari (ANTARA) - Petani mete Kabupaten Buton Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), kian optimistis setelah pasar Eropa membuka kuota ekspor 700 ton pada musim panen 2020.
Bupati Buton Utara Abu Hasan di Kendari, Sabtu, mengatakan peluang kuota biji mete d Eropa merupakan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan nilai ekonomi.
"Sebagaimana kita ketahui petani mete menemui kendala pemasaran, sehingga dimanfaatkan tengkulak yang memainkan harga," kata Abu Hasan.
Pemerintah daerah mendorong pembentukan kelompok-kelompok petani jambu mete organik di tingkat desa dan menggerakkan penyuluh pertanian di masing-masing desa.
“Kami sangat senang dan bersemangat dengan adanya program Pemda Buton Utara yang seperti ini, mengingat sebagian besar kegiatan masyarakat adalah petani jambu mete,” kata La Jaiha (52) petani Desa Lagundi.
Selama ini, kata dia, hasil panen biji mete dibeli pengumpul yang datang dari luar kabupaten yang memainkan harga sesuai selera pengumpul sehingga petani tidak berdaya.
Ia mengatakan terbukanya pasar Eropa membawa optimisme masyarakat desa di Buton Utara yang sebagian besar petani jambu mete.
Tim ahli bidang pertanian Pemkab Buton Utara Musyida Arifin mengatakan kehadiran investor Eropa adalah hasil kerja sama Pemerintah Buton Utara dengan perusahaan Nuts2.
Perusahaan Nuts2 adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran produk-produk organik. "Rencana ekspor biji mete organik sebagai tindak lanjut dari hasil survei tim Nuts2 beberapa waktu lalu setelah ekspor kopra putih organik sukses," kata Musyida.
Dalam waktu dekat tim Nuts2 perwakilan Indonesia dari Belanda akan melakukan monitoring desa-desa mete, sekaligus melakukan pendampingan dan fasilitasi kepada petani tentang teknik perawatan, standarisasi, serta pengolahan pascapanen.
“700 ton ekspor biji mete untuk tahun ini adalah permintaan terendah. Ini baru uji coba, volume ekspor akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya disesuaikan dengan besaran produksi petani,” jelasnya.
Produk hasil pertanian biji mete akan dibuatkan sertifikat organik sebagai syarat mutlak ekspor komoditas ke pasar dunia.
Bupati Buton Utara Abu Hasan di Kendari, Sabtu, mengatakan peluang kuota biji mete d Eropa merupakan kesempatan bagi petani untuk meningkatkan nilai ekonomi.
"Sebagaimana kita ketahui petani mete menemui kendala pemasaran, sehingga dimanfaatkan tengkulak yang memainkan harga," kata Abu Hasan.
Pemerintah daerah mendorong pembentukan kelompok-kelompok petani jambu mete organik di tingkat desa dan menggerakkan penyuluh pertanian di masing-masing desa.
“Kami sangat senang dan bersemangat dengan adanya program Pemda Buton Utara yang seperti ini, mengingat sebagian besar kegiatan masyarakat adalah petani jambu mete,” kata La Jaiha (52) petani Desa Lagundi.
Selama ini, kata dia, hasil panen biji mete dibeli pengumpul yang datang dari luar kabupaten yang memainkan harga sesuai selera pengumpul sehingga petani tidak berdaya.
Ia mengatakan terbukanya pasar Eropa membawa optimisme masyarakat desa di Buton Utara yang sebagian besar petani jambu mete.
Tim ahli bidang pertanian Pemkab Buton Utara Musyida Arifin mengatakan kehadiran investor Eropa adalah hasil kerja sama Pemerintah Buton Utara dengan perusahaan Nuts2.
Perusahaan Nuts2 adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran produk-produk organik. "Rencana ekspor biji mete organik sebagai tindak lanjut dari hasil survei tim Nuts2 beberapa waktu lalu setelah ekspor kopra putih organik sukses," kata Musyida.
Dalam waktu dekat tim Nuts2 perwakilan Indonesia dari Belanda akan melakukan monitoring desa-desa mete, sekaligus melakukan pendampingan dan fasilitasi kepada petani tentang teknik perawatan, standarisasi, serta pengolahan pascapanen.
“700 ton ekspor biji mete untuk tahun ini adalah permintaan terendah. Ini baru uji coba, volume ekspor akan meningkat pada tahun-tahun berikutnya disesuaikan dengan besaran produksi petani,” jelasnya.
Produk hasil pertanian biji mete akan dibuatkan sertifikat organik sebagai syarat mutlak ekspor komoditas ke pasar dunia.