Kendari (ANTARA) - Kabupaten Konawe Selatan menyiapkan 20.000 lahan diplot untuk menjadi sentra baru guna memacu jumlah produksi jagung asal Sulawesi Tenggara (Sultra). 

Kementerian pertanian (kementan) melalui Direktur Jendral Tanaman Pangan, bersama dengan Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil dan pejabat eselon 1 lingkup Kementerian Pertanian telah melakukan survei kelayakan lahan tersebut.

Selain Kabupaten Muna yang menjadi sentra jagung di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), kini Kabupaten Konawe Selatan diplot untuk menjadi sentra baru guna memacu jumlah produksi jagung asal Sultra. 

"Potensi jagung asal Sultra cukup besar, hal ini dibuktikan dengan lalu lintas komoditas ini yang menunjukkan tren positif. Untuk itu, lahan tanamnya harus diperluas lagi," Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Ali Jamil, Jumat. 

Menurutnya, berdasarkan data dari sistem perkarantinaan IQFAST tercatat lalulintas domestik keluar (dokel) selama semester I 2020 atau masa pandemi sebanyak 13.705 ton. 
"Sementara dari catatan dokel di sepanjang tahun 2018 sebanyak 3.338,4 ton, meningkat di tahun 2019 dengan total 5.002 ton. Jadi tidak bersoal dengan kondisi pandemi, petani jagung di Sultra terus menanam dan panen. Selain untuk kebutuhan Sultra juga dikirim ke Makassar dan Surabaya. Mudah-mudahan dengan pertambahan luas tanam, produksi jagung Sultra semakin meningkat," katanya.

Dikatakan, Jagung merupakan salah satu dari 11 bahan pangan pokok yang lalu lintasnya di bawah pengawasan ketat Barantan.

Hal ini sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo dalam penyediaan 11 bahan pangan pokok, guna ketahanan pangan juga pakan nasional di masa Pandemi COVID-19.

Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Kendari, Prayatno Ginting, yang turut hadir dan mendampingi survei di Konawe Selatan ini juga menjelaskan pihaknya melakukan pengawasan terhadap bahan pangan pokok juga pakan yang dilalulintaskan di wilayah kerjanya.

"Pemeriksaan terhadap benih jagung yang dilalulintaskan di pelabuhan maupun bandara, juga menjadi fokus pengawasan dan pengendalian mutunya. Harus bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), sehat dan aman agar dapat tumbuh subur dan berproduktivitas tinggi," katanya.

Ia menambahkan, Pemantauan OPTK secara langsung dan berkala di perkebunan masyarakat juga dilakukan olehnya bersama dengan dinas terkait guna memitigasi adanya ancaman wabah penyakit pada jagung.

"Kami percaya, dengan kerjasama semua pihak Sultra dapat memacu produktivitas jagungnya sehingga kedepan dapat juga menjadi ragam komoditas ekspor baru unggulan," tutup Ginting.
 

Pewarta : Suparman
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024