Baubau (ANTARA) - Pemerintah Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, menggelar tes cepat 'semesta' pada sejumlah titik di daerah itu guna memutus rantai penyebaran COVID-19 yang menjadi kekawatiran masyarakat luas. 

Kepala Dinas Kesehatan Baubau, Dr Wahyu, di Baubau, Selasa, mengatakan, tujuan scraining (penyaringan) melalui tes cepat tersebut untuk mengetahui orang-orang yang beresiko tinggi mempunyai virus didalam tubuhnya sehingga menjadi prioritas untuk dilakukan swab tenggorokan. 

"Jadi satu komitmen bahwa untuk menghadapi hari-hari kedepan kita harus melakukan cashfainding penemuan kasus sebanyak-banyaknya supaya orang-orang yang bervirus bisa segera diketahui, di isolasi untuk memutus rantai penularan," ujarnya, usai memantau kegiatan tes cepat di enam titik daerah itu. 

Tes cepat semesta yang dilaksanakan pada enam titik yakni, eks kantor Satuan Polisi Pamong Praja, Puskesmas Bukit Wolio Indah, Puskesmas Bataraguru, Kelurahan Bukit Wolio Indah, Kelurahan Bataraguru, dan Kelurahan Wale. 

"Jadi nanti lagi hari Kamis malam kita akan lakukan tes cepat diseluruh tempat hiburan malam (THM) ditiga kelurahan di Kecamatan Betoambari yakni, Kelurahan Lipu, Katobengke dan Kelurahan Sulaa. Kita jemput bola dengan menandatangi karyawannya THM," ujarnya. 

Pelaksanaan tes cepat semesta dengan menyiapkan sebanyak 3.000 alat, menurut dia, merupakan implementasi dari strategi untuk menemukan orang-orang yang bervirus. Sebab kalau menunggu apalagi orang yang tidak mau jujur akan riwayatnya dimungkinkan akan lamban dalam penanganan COVID tersebut. 

"Kalau jumlah alat tes cepat yang disiapkan sebanyak 3000 buah. Bahkan kita ingin ini dihabiskan supaya kita dapat bantuan lagi dari provinsi," katanya.

Ia mengatakan dengan tes cepat akan ketahuan mana orang reaktif dan nonreaktif. Sehingga kemudian yang reaktif diisolasi di rumah sakit umum daerah atau rumah sehat terpusat. 

Pentingnya menemukan dengan cepat orang yang reaktif melalui hasil tes cepat, kata dia lagi, maka akan semakin cepat pula memutus mata rantai penyebaran wabah corona virus tersebut. 

"Kedepan kita akan merancang lagi kegiatan selanjutnya seperti apa. Mungkin kurangnya yang datang karena mungkin kecenderungannya yang pertama takut. Seperti di Wameo ada 700 pis rapid disiapkan yang datang hanya 175 orang," ujarnya. 

Padahal sebelum pelaksanaan itu, kata dia, berbagai cara penyampaian informasi atau sosialisasi baik melalui kelurahan, maupun group-group telah disampaikan. Akan tetapi warga masyarakat belum semuanya mempunyai kesadaran untuk ini. 

"Jadi bukan karena tidak sampainya informasi, mungkin orang tidak mau tinggalkan warungnya atau bisnisnya karena tidak mau terganggu cari nafkah dan sebagainya," ujarnya.

Pewarta : Yusran
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024