Kendari (ANTARA) - Tingginya Intensitas hujan selama sebulan terakhir, membuat petani di beberapa desa di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) Sulawesi Tenggara memanfaatkan untuk menanam tanaman jahe, tanpa harus memperlakukan khusus seperti musim panas biasanya.

"Dengan curah hujan yang sering terjadi, petani tidak perlu lagi menyiram secara rutin tanaman jahe, sebab kondisi selama sebulan ini sering hujan turun yang membuat tanaman jahe akan cepat tumbuh dan subur," kata Anto, salah satu petani jahe di Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan, Minggu.

Ia mengatakan, tanaman jahe gajah maupun jahe merah diipilih untuk dibudidayakan karena dinilai mudah dikembangkan dan cepat menghasilkan uang, apalagi musim hujan saat ini tanpa banyak perrawatan khusus,.

Sebelumnya, Wakil Bupati Konsel Arsalim mengatakan, Pemkab Konawe Selatan terus mendorong petani untuk mengembangkan tanaman jahe gajah sebagai salah satu komoditas rempah yang bernilai ekonomi.

Ia mengatakan,  salah satu alasan petani memilih tanaman jahe gajah karena mudah dikembangkan di daerah itu.

"Tanaman jahe ini mudah dibudidayakan, tidak perlu harus di tempat yang luas, tetapi di pekarangan pun bisa dikembangkan," katanya.

Harga pasaran jahe gajah saat ini tercatat Rp10.000 per kilogram di tingkat pengecer, namun di tingkat petani produsen hanya Rp4.000-Rp5.000 per kilogram.

Perbedaan harga yang cukup mencolok itu diduga karena ada permainan di tingkat pedagang pengecer dan pengumpul yang biasa meraih keuntungan jauh lebih besar ketimbang yang diperoleh petani produsen.

Namun selama pandemi corona (COVID-19) harga jahe, melambung tinggi hingga Rp50.000 per kg bahkan pernah mencapai Rp75.000 per kg untuk jahe gajah, sementara jahe merah melebih angka Rp100.000 per kg.
 

Pewarta : Abdul Azis Senong
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024