Kendari (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat pada periode Januari 2020, kredit perbankan tumbuh sebesar 6,10 persen (yoy).

"Pertumbuhan kredit perbankan didominasi oleh bank buku IV yang tumbuh sebesar 7,8 persen (yoy), sedangkan buku III tumbuh 2,4 persen (yoy). Buku II tumbuh 8,4 persen (yoy) dan buku I tumbuh 6,4 persen (yoy)," kata Kepala Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Sultra, Ridhony Hutasoit, di Kendari, Jumat.

Ridhony menjelaskan, berdasarkan kepemilikan, kredit oleh Bank BUMN tumbuh 8,5 persen (yoy) lebih rendah dari tahun lalu (2018), yakni 14,1 persen (yoy).

"Pertumbuhan kredit tersebut diikuti dengan profil risiko kredit yang terjaga. Adapun Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan relatif rendah dengan Capital Adequacy Ratio perbankan jauh di atas threshold," jelasnya.

NPL tahun 2018, kata Ridhony, sebesar 2,37 persen sedangkan di tahun 2019 naik menjadi 2,53 persen. OJK bersama industri jasa keuangan, lanjutnya, berkomitmen menyediakan pendanaan yang terjangkau. Ia menyampaikan, hal itu terlihat dari turunnya net interest margin dan rata-rata suku bunga kredit perbankan.

"Pada tahun 2019 net interest margin sebesar 4,91 persen, lebih rendah dari tahun 2018 yang tercatat 5,14 persen. Di pasar modal, OJK secara aktif mendorong perusahaan-perusahaan skala menengah untuk mendapatkan sumber pembiayaan melalui pasar modal," ujarnya.

Baca juga: OJK Sultra mencatat aset perbankan tumbuh sebesar 20,66 persen

Aktivitas penghimpunan dana melalui penawaran umum di pasar modal pada 2019 mencapai Rp166,8 triliun dari 60 emiten baru. Ia menyampaikan bahwa pertumbuhan itu merupakan yang tertinggi pertama di ASEAN dan ketujuh di dunia.

Selain itu, ia mengatakan bahwa OJK berhasil menjaga pertumbuhan Industri Keuangan Non Bank (IKNB) dengan tetap menjaga kualitas. Penghimpunan dana di industri asuransi positif dengan premi asuransi komersial tumbuh serta permodalan memadai di mana Risk-Based Capital industri asuransi umum dan asuransi jiwa lebih tinggi dari threshold 120 persen.

"Kinerja intermediasi perusahaan pembiayaan tumbuh dengan risiko kredit di perusahaan pembiayaan yang terpantau rendah. Tercermin dari rasio NPL serta Gearing Ratio perusahaan pembiayaan yang rendah. OJK selalu mendorong pertumbuhan kredit di atas 12 persen agar tidak menyebabkan penurunan pertumbuhan ekonomi," katanya.

Pewarta : Muhammad Harianto
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024