Jakarta (ANTARA) - Gempa bumi dengan magnitudo 5,2 terjadi di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada Minggu (23/2) tapi tidak berpotensi tsunami.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Minggu, mencatat episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,29 Lintang Selatan dan 125,28 Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 138 km arah Tenggara Kota Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara pada kedalaman 40 km.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Laut Maluku," jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono.
BMKG telah menganalisis dan menyebutkan gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault).
Guncangan gempa bumi itu dirasakan di daerah Molibagu, Kotamobagu dan Tutuyan dengan getaran dirasakan nyata dalam rumah. Getaran dirasakan seperti truk berlalu.
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.
BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Masyarakat diimbau agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Masyarakat diharapkan memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Minggu, mencatat episenter gempa bumi terletak pada koordinat 0,29 Lintang Selatan dan 125,28 Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 138 km arah Tenggara Kota Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Sulawesi Utara pada kedalaman 40 km.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng Laut Maluku," jelas Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono.
BMKG telah menganalisis dan menyebutkan gempa bumi itu memiliki mekanisme pergerakan sesar naik (thrust fault).
Guncangan gempa bumi itu dirasakan di daerah Molibagu, Kotamobagu dan Tutuyan dengan getaran dirasakan nyata dalam rumah. Getaran dirasakan seperti truk berlalu.
Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut.
BMKG mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Masyarakat diimbau agar menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa.
Masyarakat diharapkan memeriksa dan memastikan bangunan tempat tinggal cukup tahan gempa, ataupun tidak ada kerusakan akibat getaran gempa yang membahayakan kestabilan bangunan sebelum kembali ke dalam rumah.