Maros (ANTARA) - Sennari (43) yang merupakan buruh tani di Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros adalah satu-satunya buruh tani yang bertahan hidup di gubuk reot.
"Untuk makan saja pas-pasan, bahkan jauh dari cukup, apalagi untuk memperbaiki rumah yang sudah saya tinggali lebih 40 tahun," kata Sennari dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di rumah panggungnya yang sudah tidak layak huni di Kelurahan Bontoa, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis.
Menurut dia, selama ini untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya adalah menjadi buruh pemanen padi dengan menggunakan alat "sangki" atau clurit. Kemudian menjadi buruh menjemur padi yang sudah dipanen.
Namun seiring dengan perkembangan mekanisasi dan teknologi pertanian, Sennari tersingkir dengan mobil mesin panen padi yang sudah membumi di kalangan pemilik sawah dua tahun terakhir.
Akibatnya, Sennari yang hidup sendiri karena kedua orang tuanya sudah meninggal dunia, dan saudara satu-satunya sudah hidup terpisah setelah menikah, perempuan bersahaja inipun rela membanting-tulang demi bertahan di rumah panggung yang atap dan dindingnya sudah bocor.
"Kalau hujan, sebagian rumah jadi basah, hanya di dekat tempat tidur saja yang sedikit aman dari hujan. Sudah beberapa kali didata oleh petugas kelurahan dan kecamatan untuk dapat bantuan bedah rumah, namun sampai sekarang belum ada," jelasnya.
Hal itu dibenarkan Ketua RW 03 Suli-Suli, Lingkungan Bontoa, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sangkala dan Kepala Seksi Pemberdayaan Kecamatan Bontoa, Ardi.
Menurut keduanya, baik pihak kelurahan dan kecamatan setiap tahun mengusulkan agar dilakukan program bedah rumah di kediaman Sennari, namun hingga saat ini belum ada bantuan.
Baca juga: Seorang petani tewas diserang harimau
Perempuan buruh tani, Sennari (43) yang bertahan hidup di gubuknya yang sudah tidak layak huni di Kelurahan Bontoa, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulsel, Kamis (23/1/2020). ANTARA Foto/Suriani Mappong
"Semoga dengan adanya bantuan media mempublikasikan, pihak terkait segera turun melakukan bedah rumah," tambah Ketua RW 04 Syarifuddin yang membantu melakukan pendataan agar Sennari dimasukkan dalam Program Keluarga Harapan (PKH), selain mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Harapan yang sama dikemukakan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Bontoa, Indayanty, SE. Dia mengatakan, bantuan sementara berupa Sembako yang bisa dilakukan saat ini sambil menunggu realisasi bedah rumah Sennari.
Baca juga: 20 kelompok tani Bombana peroleh bantuan traktor
"Untuk makan saja pas-pasan, bahkan jauh dari cukup, apalagi untuk memperbaiki rumah yang sudah saya tinggali lebih 40 tahun," kata Sennari dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di rumah panggungnya yang sudah tidak layak huni di Kelurahan Bontoa, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis.
Menurut dia, selama ini untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya adalah menjadi buruh pemanen padi dengan menggunakan alat "sangki" atau clurit. Kemudian menjadi buruh menjemur padi yang sudah dipanen.
Namun seiring dengan perkembangan mekanisasi dan teknologi pertanian, Sennari tersingkir dengan mobil mesin panen padi yang sudah membumi di kalangan pemilik sawah dua tahun terakhir.
Akibatnya, Sennari yang hidup sendiri karena kedua orang tuanya sudah meninggal dunia, dan saudara satu-satunya sudah hidup terpisah setelah menikah, perempuan bersahaja inipun rela membanting-tulang demi bertahan di rumah panggung yang atap dan dindingnya sudah bocor.
"Kalau hujan, sebagian rumah jadi basah, hanya di dekat tempat tidur saja yang sedikit aman dari hujan. Sudah beberapa kali didata oleh petugas kelurahan dan kecamatan untuk dapat bantuan bedah rumah, namun sampai sekarang belum ada," jelasnya.
Hal itu dibenarkan Ketua RW 03 Suli-Suli, Lingkungan Bontoa, Kecamatan Bontoa, Kabupaten Maros, Sangkala dan Kepala Seksi Pemberdayaan Kecamatan Bontoa, Ardi.
Menurut keduanya, baik pihak kelurahan dan kecamatan setiap tahun mengusulkan agar dilakukan program bedah rumah di kediaman Sennari, namun hingga saat ini belum ada bantuan.
Baca juga: Seorang petani tewas diserang harimau
"Semoga dengan adanya bantuan media mempublikasikan, pihak terkait segera turun melakukan bedah rumah," tambah Ketua RW 04 Syarifuddin yang membantu melakukan pendataan agar Sennari dimasukkan dalam Program Keluarga Harapan (PKH), selain mendapatkan Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Harapan yang sama dikemukakan Ketua Tim Penggerak PKK Kecamatan Bontoa, Indayanty, SE. Dia mengatakan, bantuan sementara berupa Sembako yang bisa dilakukan saat ini sambil menunggu realisasi bedah rumah Sennari.
Baca juga: 20 kelompok tani Bombana peroleh bantuan traktor