Baubau (ANTARA) - Komite Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, membantah ada pungutan liar (Pungli) di sekolah tersebut, menyusul tudingan sekelompok elemen yang memprotes iuran dibebankan kepada orang tua siswa terindikasi kategori Pungli.

Komite memastikan uang yang dibayarkan siswa ke sekolah merupakan sumbangan sukarela tanpa dipatok dan batas waktu.

Keputusan pungutan sumbangan siswa itu berdasarkan rapat komite bersama orang tua siswa SMAN 1 Baubau sekitar Oktober 2019 lalu. Dimana, sumbangan itu rencananya diperuntukkan untuk membiayai program sekolah seperti pembuatan pagar dan perluasan parkiran SMAN 1 Baubau.

"Sebenarnya rapat waktu itu mayoritas orang tua murid menginginkan nilai sumbangannya dipatok, tapi saya pakai yang pendapat minoritas bahwa tidak boleh. Dia mau menyumbang atau tidak, terserah, kita tidak paksakan," beber Ketua Komite SMAN 1 Baubau, LM Arsal, kepada sejumlah media, di Baubau, Sabtu. 

Kata dia, iuran sumbangan sukarela di SMAN 1 Baubau ini merupakan konsep yang dibuat berdasarkan musyawarah orang tua siswa sendiri. 

"Makanya saya juga heran kok ada yang persoalkan itu," ujarnya.

Menurut dia, pihaknya menduga sumbangan ini dipersoalkan oknum orang tua siswa yang tidak hadiri rapat komite dan termakan opini miring. 

"Olehnya itu, kalau ada orang tua yang belum mengerti dengan sumbangan ini, silahkan berkonsultasi dengan pengurus komite," imbuhnya.

Mantan Rektor Universitas Dayanu Ikhsanuddin (Unidayan) Baubau ini juga menegaskan uang sumbangan siswa tersebut tidak ada sepersen pun yang masuk ke kantong pribadi. Uang tersebut disimpan di satu rekening khusus. 

"Silahkan (kalau sumbangan itu diperkarakan), tidak ada masalah. Yang jelas, tidak ada bahasa kita yang memaksakan kehendak kepada orang tua siswa," ujarnya.

Arsal menambahkan, konsep iuran sumbangan sukarela seperti ini sudah berlangsung sejak 2016 lalu. "Itulah kemudian ada komite yang bertugas mengontrol sekolah dalam mengelola sumbangan siswa tersebut," tandasnya.

Ditempat yang sama, Kepala SMAN 1 Baubau, Sartati menjelaskan, total siswa di SMAN 1 Baubau berjumlah sekitar 1.300 orang. Pada saat akan dilaksanakan rapat komite, seluruh orang tua siswa diundang untuk hadir.

"Namun yang hadir sekitar 200 orang tua siswa saja. Kemungkinan, sumbangan sukarela ini dianggap Pungli oleh orang tua yang tidak hadir rapat atau bisa juga ada siswa yang meminta uang kepada orang tuanya dengan jumlah tertentu karena iri melihat sumbangan temannya lebih besar," ujarnya.

Ia menegaskan, besaran sumbangan itu tidak dipatok dan tidak ada batas waktu. Sejauh ini, nilai sumbangan siswa bervariasi, ada Rp300 ribu, ada yang lebih kecil, ada yang lebih besar, bahkan ada yang tidak membayar sama sekali.

"Tapi itu tidak masalah, karena memang tidak ada paksaan untuk membayar. Yang jelas sumbangan ini akan kita pakai untuk program sekolah yang tidak bisa dibiayai Bantuan Operasional Sekolah (BOS) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)," pungkasnya.

Pewarta : Yusran
Editor : Hernawan Wahyudono
Copyright © ANTARA 2024